Pameran “In Honor of Nyoman Gunarsa”: Sajikan 30 Karya, Digelar hingga 31 Maret 2023

Salah satu karya yang dipamerkan dalam pameran lukisan "In Honor of Nyoman Gunarsa” yang dipamerkan di Santrian Gallery. (Balinesia.id/IST)

Denpasar, Balinesia.id – Maestro seni lukis Bali, Nyoman Gunarsa dikenang dalam pameran bertajuk “In Honor of Nyoman Gunarsa” di Griya Santrian Gallery Sanur. Ada 30 karya lukis yang dipamerkan dalam pameran yang dibuka pada Jumat, 24 Februari 2023 dan berlangsung hingga 31 Maret 2023 tersebut.

Pemilik Griya Santrian Gallery, Ida Bagus Gede Sidartha Putra, menerangkan bahwa pihaknya secara khusus mempersembahkan pameran tersebut untuk menghormati jejak kekaryaan seniman yang meninggal pada 10 September 2017 itu. 

“Beliau tumbuh di lingkungan yang berakar budaya Bali dan melanglang buana hingga mencapai puncak ketenaran hingga menjadi salah satu maestro yang kita miliki,” katanya sembari mengatakan pameran akan dibuka Koordinator Staf Khusus Presiden, AAGN Ari Dwipayana.

Baca Juga:

Ia mengatakan, Gunarsa tidak hanya meninggalkan karya berupa sketsa, drawing, maupun lukisan yang dapat mengisahkan ribuan jejak berkeseniannya, tetapi juga sebuah museum seni dengan ribuan koleksi yang sangat kaya khazanah seni budaya adiluhung.

“Sejak awal gaya lukisan Nyoman Gunarsa cenderung ekspresionis, kemudian berkembang dari tema keseharian masyarakat Bali tradisional, abstraksi sesaji, deformasi aringgit (wayang), dan gerak penari,” terangnya.

Baca Juga:

Dijelaskannya, Nyoman Gunarsa meramu gaya tersebut dengan imajinasi yang diasah dari konsistensinya mendalami kesenian Bali sehingga melahirkan karya dengan ‘gaya Gunarsa’ yang sangat terkenal.

“Sepanjang karier sebagai perupa, Nyoman Gunarsa memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian dan pengembangan seni serta memfasilitasi berbagai kegiatan budaya,” kata dia.

Baca Juga:

Sementara itu, istri Nyoman Gunarsa, Indrawati, mengatakan bahwa sang seniman merupakan pribadi yang sangat dicintai banyak orang dan menjadi guru bagi semua kalangan. “Pak Nyoman juga memiliki banyak gagasan cemerlang dan mendedikasikan dirinya untuk kemajuan kebudayaan secara luas. Hingga kini kami sangat kehilangan sosok seperti beliau,” katanya.

Ia menuturkan, pada 1970 Nyoman Gunarsa mendirikan Sanggar Dewata Indonesia, sebuah komunitas seni yang berpusat di Yogyakarta, kota tempat dia belajar dan mengajar sebagai dosen ASRI (kini ISI Yogyakarta). Komunitas ini masih bertahan hingga kini yang sebagian anggotanya sangat dikenal di ranah seni rupa Indonesia.

Baca Juga:

Sepanjang perjalanan seninya, Nyoman Gunarsa tercatat pernah pameran di berbagai negara, seperti Malaysia, Australia, Belanda, Jepang, Singapura, Prancis, dan sempat memiliki galeri di Amerika Serikat. 

Sejumlah karyanya antara lain terangkum dalam buku “Color of Nyoman Gunarsa” (1993), “Nyoman Gunarsa” (1995), dan “Nyoman Gunarsa Moksa” (2004).

Karya-karya Nyoman Gunarsa juga terpilih menjadi koleksi Galeri Nasional Indonesia sekaligus koleksi negara antara lain “Calon Arang” (1968), “Balinese Offerings” (1981), “Open Ceremony I” (1977), “Open Ceremony II” (1977), “Open Ceremony III” (1978), “Open Ceremony IV” (1973), dan “Wayang (Mandalangi)”.

Baca Juga:

Gunarsa pernah meraih Penghargaan Seni Pratisara Affandi Adi Karya (1976), Penghargaan Biennale III Jakarta (1978), Biennale IV Jakarta (1980), dan Lempad Prize (1980). Ia juga memperoleh Penghargaan Seni Dharma Kusuma (1994) dan Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Indonesia (2003).

Pada 1990 ia membangun Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa, yang diresmikan Mendikbud Wardiman Djojonegoro pada 1994. Museum ini memiliki ribuan koleksi berupa lukisan klasik Bali dan seni rupa modern, patung, keris, dan berbagai barang seni yang tak ternilai harganya.

Baca Juga:

Sang maestro juga pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Museum Bali (Himusba) dua periode (2000-2011) dan membeirkan sumbangsih yang sangat besar bagi permuseuman antara lain menerbitkan dokumentasi tentang museum di Bali dalam sebuah buku “The Treasure of Bali” dan publikasi jurnal permuseuman "Musea". 

Gunarsa juga mencurahkan pikiran bagi revitalisasi museum agar menjadi laboratorium kebudayaan dan sumber pengetahuan tentang peradaban bangsa dari masa ke masa. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories