38 Karya Perupa Sujana Kenyem Dipamerkan di Four Points Surabaya

Perupa Bali, Nyoman Sujana Kenyem menggelar pameran tunggal bertajuk Mapraba menampilkan 38 karya di Four Points dan The Villa Gallery, Surabaya. (Istimewa )

Surabaya, Balinesia.id - Sebanyak 38 karya perupa asal Bali, Nyoman Sujana Kenyem dapat dinikmati dalam pameran tunggal bertajuk “Mapraba” di Four Points dan The Villa Gallery, Surabaya. Pameran Mapraba yang dibuka untuk umum ini akan berlangsung hingga 31 Desember 2022.

Pameran dibuka bertepatan dengan ulang tahun ke-50 Kenyem, pada Jumat, 9 September 2022 malam. Sujana Kenyem mengaku pameran tunggal ke-20 ini merupakan ungkapan syukur atas asung kerta waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada dirinya yang bisa melewati perjalanan hidup setengah abad.

Dalam pameran ini, Sujana Kemyem mengangkat  tema bulan purnama. "Ini sejalan dengan tajuk pameran Mapraba yang dalam bahasa Bali memiliki makna bersinar terang," tutur Sujana Kenyem dalam keterangan tertulis Minggu, 11 September 2022.

Momen pembukaan pameran juga berselang sehari sebelum masyarakat Tionghoa merayakan Festival Kue Bulan yang sarat dengan mitologi kepahlawanan di Negeri Tiongkok masa lampau. Pihaknya berharap peristiwa ini membawanya bukan hanya pada kedewasaan usia, tetapi juga kematangan secara spiritual yang membawa perjalanan kesenimanannya kian berisi dan bermakna.

Pria yang lahir di Sayan, Ubud, Gianyar 9 September 1972, ini, menyebutkan even ini sebagai pameran tunggal ke-20. Pertama kali pameran tunggal ia lakukan pada 1996 di Galeri Nakita, Stockholm, Swedia, kemudian secara rutin pameran tunggal di Bali, Jakarta, Surabaya, Singapura, dan Kuala Lumpur. Kenyem yang pada awal kariernya dikenal dengan pengusung gaya abstrak, kemudian meramunya dengan imaji dan inspirasi tentang alam seperti daun, bunga, bambu, ranting, atau pepohonan.

Tentang citraan purnama dalam pameran ini, seperti ditulis Budhi Hasto dalam katalog pameran mengatakan bulan memiliki kekuatan untuk menggiring alam pikiran manusia pada suasana kontemplatif, melahirkan aneka mitologi, simbol, kepercayaan, dan meninggalkan sejumlah artefak peradaban di berbagai wilayah di bumi.

Menurut Budhi Hasto, sebagai orang Bali Kenyem sangat lekat dengan persembahyangan yang ditujukan kepada Sang Hyang Chandra dan Sang Hyang Ketu (Dewa Kecemerlangan) setiap bulan purnama. “Kehadiran bulan dalam karya-karya Kenyem merupakan sebuah pilihan suprasadar untuk merayakan kecemerlangan dan keberkahan,” ungkapnya.

Sedangkan kecenderungan Kenyem menampilkan tema-tema alam dengan kehadiran manusia terkait erat dalam merepresentasikan filosofi buana agung (makrokosmos) dan buana alit (mikrokosmos). Dalam pameran ini, lanjutnya, Kenyem seolah ingin berbagi pesan akan kecemerlangan perjalanan kesenimanannya sekaligus obsesi untuk berbagi pendar cahaya kepada sekitar, seperti halnya sinar bulan purnama.***

Editor: Rohmat

Related Stories