Lewat Kanvas, Bayu A.M. Suarakan Romantisme dan Tantangan Budaya Tani di Bali

Para pengunjung pameran menikmati sejumlah lukisan karya Bayu A.M. yang dipamerkan di I Gusti Gede Aryadi Artspace, Tanah Lot, Tabanan, Bali. (Balinesia.id/jpd)

Tabanan, Balinesia.id – Sebanyak 35 buah lukisan karya perupa Bali, I Nyoman Bayu Adi Mahantara alias I Nyoman Bayu A.M. tengah dipamerkan dalam pameran lukisan “Swi Kreti: Memuliakan Sawah”. Pameran tersebut dilaksanakan di I Gusti Gede Aryadi Artspace, Dewi Sinta Hotel and Restaurant, Tanah Lot, Kediri, Tabanan.

Sejalan dengan tema yang diangkat, puluhan lukisan yang dipamerkan mencitrakan romantisme dan tantangan budaya agraris masyarakat Bali yang kian tergerus dinamika zaman. “Karena ini temanya swi kreti, jadi semua lukisan yang saya pamerkan terkait dengan pertanian. Ada yang pertanian, panen, mungkin juga ada barong, ada yang pujawali, terus ada acara-acara di pura itu (yang terkait budaya agraris, red),” katanya di sela-sela pembukaan pameran tersebut, Rabu, 11 Januari 2022 malam.

Bayu A.M. ingin bertutur tentang budaya agraris Bali yang kian tergerus oleh berbagai tantangan global. Seperti yang telah banyak diketahui, saat ini laku hidup agraris makin terdesak dengan pariwisata dan sektor lain yang lebih cepat menghasilkan. Di Bali telah menjadi rahasia umum jika banyak lahan beralih fungsi atas nama pembangunan.

“Pesannya diharapkan untuk kita, masyarakat Bali yang tinggal di daerah agraris agar tetap eksis untuk bertani. Petani tidak boleh dilupakan, sebab daerah kita adalah daerah agraris yang adalah daerah pertanian,” kata dia.

Baca Juga:

Perupa asal Desa Gebagan, Tabanan ini pun menjelaskan tantangan para petani yang masih berupaya bertahan saat ini. Menurutnya, saat ini petani memang digempur dari berbagai sudut. Selain hasil jual produk pertanian yang sering kali terjual murah, petani juga “disandera” oleh bibit dan pupuk.

“Di kampung saya situasinya seperti ini. Pertanian memang tetap eksis, hanya saja kendalanya dari segi pembibitan terlalu mahal,” katanya.

Melalai pameran tersebutu, pihaknya pun mengajak masyarakat untuk dapat memaknai dan menghargai budaya pertanian. “Swi kreti adalah pertanian dan kesuburan alam, karena di sini ada Pura Pakendungan yang secara fungsinya adalah untuk kesuburan. Oleh karena itu, (melalui lukisan-lukisan yang dipamerkan, red) saya mengajak untuk kembali ke pertanian, memuliakan pertanian,” ajaknya.

Pameran “Swi Kreti: Memuliakan Sawah” oleh Bayu A.M. sekaligus membuka I Gusti Gede Aryadi Artspace sebagai ruang seni baru di Kabupaten Tabanan. Galeri ini dibuka langsung oleh anggota DPRD Provinsi Bali asal Tabanan, I Ketut ‘Boping’ Suryadi. Selain sebagai politisi, Boping juga seorang seniman yang aktif mendukung geliat kesenian di Tabanan. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories