Meneladani Konsep Pariwisata Berkelanjutan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung

Ida Bagus Gede Sidharta Putra (tengah) menjelaskan ketokohan Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung sebagai pioner pariwisata Sanur di hadapan wartawan, Selasa, 24 Mei 2022. (Balinesia.id/jpd)

Denpasar, Balinesia.id – Sosok Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung merupakan tokoh pariwisata yang berkontribusi besar dalam perkembangan pariwisata Sanur. Konsep-konserp kepariwisataan tokoh yang mendirikan Griya Santrian Resort ini dapat diteladani dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan ke depan.

Managing Director Griya Santrian Resort yang juga anak kandung Ida Pednda Nabe Gede Dwija Ngenjung, Ida Bagus Gede Sidharta Putra, mengatakan pihaknya merasa perlu melanjutkan prinsip-prinsip kepariwisataan yang dikonsep ayahanda. Oleh karena itulah dalam peringan ulang tahun ke-50 Griya Santrian, pihaknya memberi ruang untuk mengingat ide-ide kepariwisataan Ida Pedanda.

"Kami ingin mendedikasikan tonggak sejarah Griya Santrian kepada Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung sebagai founding father, serta seluruh karyawan baik yang aktif maupun telah purna bakti yang setia bersama kami, di setiap langkah untuk bersama menjadi resor yang memiliki nilai unggul dalam pelayanan bagi para tamu yang menginap di Griya Santrian,” katanya, Selasa, 24 Mei 2022 di Sanur, Denpasar.

Baca Juga:

Sidharta menuturkan bahwa Griya Santrian dihadirkan Ida Pedanda sebagai representasi dari Sanur dengan keindahan alam dan keluhuran tradisi dan budaya. Griya Santrian yang didirikan 50 tahun silam berawal dari keberadaan Griya Santrian Cottage. Kala itu, usaha pariwisata itu hanya memiliki 6 buah kamar.

Namun, selama 50 tahun perjalanan, usaha itu pun bisa berkembang dan turut memberi andil dalam perkembangan pariwisata Bali secara umum. Keberhasilannya dlaam mengembangkan bisnis pariwisata tersebut dinilai tidka terlepas dari sejumlah prinsip yang dipegang ida pedanda terkait dengan pariwisata berkelanjutan.

Menurutnya, Ida Pedanda meyakini ada tiga konsep keberlanjutan yang perlu dipegang dalam pengembangan pariwisata, yakni keberlanjutan sosial-budaya, ekonomi, dan lingkungan. Keberlanjutan sosial-budaya adalah pengembangan pariwisata yang berpijak pada nilai-nilai yang ada di desa adat. Nilai-nilai tradisional itu wajib disokong sebagai identitas dari budaya Bali yang luhur.

“Kami di Griya Santrian sendiri selalu menerapkan konsep kebudayaan Bali misalnya dalam arsitektur, busana pelayan, hingga menampilkan pertunjukkan seni yang disajikan oleh masyarakat sekitar. Karena upaya-upaya itu, kami berkali-kali memenangkan penghargaan Tri Hita Karana,” katanya.

Kedua, keberlanjutan ekonomi terkait dengan fungsi pariwisata yang idelnya dapat memberi dampak dan memberdayakan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Menurutnya, Ida Pedanda mengistilahkan konsep keberlanjutan ekonomi itu dengan prinsip agar jangan sampai s”eperti tikus mati di lumbung padi”

“Artinya, suatu usaha harus menyejahterakan masyarakat di sekitarnya. Kami juga pegang teguh prinsip itu, di mana sekitar 40 persen karyawan kami adalah masyarakat sekitar. Selama pandemi Covid-19, kami juga tidak ada mem-PHK karyawan yang jumlahnya sekitar 1.200 orang,” kata Sidharta.

Terakhir, usaha pariwisata juga diharapkan dapat memberi dampak terkait keberlanjutan lingkungan. Pariwisata tidak boleh serta-merta melakukan eksploitasi terhadap lingkungan hidup, namun tetap memikirkan sisi keberlanjutannya. Beberapa upaya bisa diambil untuk keberlanjutan kawasa pariwisata itu, misalnya dengan penerapan zonasi, melakukan aksi konservasi lingkungan berkelanjutan, hingga regulasi dan peran pemerintah.

“Pemerintah juga harus memberi dukungan, misalnya ketika Sanur disebut mengalami intrusi air laut, pemerintah hendaknya harus memberikan akses air yang baik bagi akomodasi pariwisata, sehingga tidak ada pelaku pariwisata nakal yang mengambil air dari dalam tanah untuk kebutuhannya wisatanya,” kata Sidharta. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories