Tumpek Uye, Pemuliaan Binatang ala Masyarakat Hindu Bali

Ilustrasi persembahyangan umat Hindu di Bali. (Balinesia/pnd)

Denpasar, Balinesia.id – Masyarakat Hindu di Bali memiliki sejumlah hari suci yang terkait dengan pemuliaan unsur ekologis. Salah satunya adalah Tumpek Uye yang jatuh setiap 210 menurut hitungan Kalender Pawukon.

Hari suci ini menurut perhitungan tradisionalnya jatuh setiap Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Uye, di mana pada awal 2022 dirayakan pada 29 Januari 2022.

Terkait pelaksanaan Tumpek Uye, dosen pendidikan Agama Hindu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar, Ida Bagus Ngurah, S.Ag., M.Si mengatakan, bahwa Tumpek Uye merupakan momentum memuja Sang Hyang Siwa Pasupati yang dalam hal tersebut bergelar Sang Hyang Rare Angon. Seperti namanya, Sang Hyang Rare Angon adalah gelar Tuhan Yang Maha Esa ketika melakoni tugas kosmis sebagai penggembala makhluk.

Baca Juga:

“Jadi, Tumpek Uye ini adalah momentum memuliakan semua jenis binatang, bukan hanya binatang peliharaan saja. Yang jadi pertanyaankenapa binatang diberikan otonan atau harus dimuliakan oleh manusia?” katanya.

Akademisi yang akrab disapa Gus Ngurah pun menjelaskan prinsip pemuliaan binatang tersebut. Menurut petikan lontar Sundarigama, dijelaskan bahwa Saniscara Kliwon Uye pinaka prakertining sarwa sato yang jika diterjemahkan dapat diartikan jika pada Hari Saniscara Kliwon Wuku Uye hendaknya dijadikan tonggak untuk melestarikan semua jenis hewan.

“Kata pelestarian inilah menurut Hindu dilakukan dengan cara memuliakan. Tapi, sebenarnya, bukan binatang yang kita puja, melainkan Ida Sang Hyang Widhi, Siwa Pasupati, yang disebut dengan gelar Sang Hyang Rare Angon,” tegasnya.

Baca Juga:

Esensi kutipan Sundarigama itu adalah mewajibkan umat manusia untuk menyayangi binatang. Pasalnya, binatang adalah salah satu mahluk yang menjadi kekuatan alam.

Aywa tan masih ring sarwa prani, apan prani ngaran prana, artinya jangan tidak sayang kepada binatang, karena binatang atau makhluk adalah kekuatan alam. Jadi, memuliakan binatang bukan berarti kita memujanya, yang kita harapkan semua binatang mendapatkan kesehatan,” katanya mengutip penjelasan Sundarigama. pnd/jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories