Provinsi Bali Alami Kesenjangan Kasus Stunting, Pemetaan Penanganan Harus Dilakukan Secara Serius

Rembug Stunting “Bali Menuju Bebas Stunting, Pasti Bisa” di Denpasar, Rabu, 18 Mei 2022. (Balinesia,id/jpd)

Denpasar, Balinesia.id – Meski persentase rata-rata kasus stunting di Provinsi Bali pada 2021 tercatat di kisaran 10,9 persen, pemerintah bersama unsur terkait tampaknya perlu membangun pola penanganan stunting yang lebih serius dan terukur. Hal ini karena menurut data, masih ada kesenjangan yang cukup jauh antara satu daerah dengan daerah lainnya di Bali.

Ketua Unit Center for Public Health Innovation Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes., DrPH mengatakan bahwa menurut kajian yang dilakukan pihaknya tingkat kepercayaan rata-rata kasus stunting di Bali masih berkisar antara 5-30 persen. Tingkat kepercayaan itu relatif jauh, yang mengindikasikan adanya kesenjangan tinggi antara satu daerah dengan daerah lainnya. 

“Angka 10,9 persen itu adalah rata-rata, nah kalau kita mau target secara spesifik, seharusnya dipetakan daerah yang berisiko tinggi, berisiko rendah,” kata dia dalam Rembug Stunting “Bali Menuju Bebas Stunting, Pasti Bisa” di Denpasar, Rabu, 18 Mei 2022 mengatakan faktor-faktor kesenjangan prevalensi stunting dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni kasus sensitif dan spesifik.

Baca Juga:

Berpijak pada pembacaan data tersebut, pihaknya merekomendasikan agara pemerintah dapat fokus ke daerah yang memiliki risiko tinggi untuk dijadikan prioritas pengentasan, disamping tetap menjaga program menyeluruh untuk tetap menjaga rata-rata kasus di daerah yang sudah bagus tetap terjaga.

“Meski secara keseluruhan program yang bersifat spesifik harus ada di semua daerah, tapi fokusnya, ada di daerah-daerah tadi,” tambahnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom mengatakan saat ini memang ada empat kabupaten yang angka prevalensi stuntingnya di atas capaian angka provinsi sebesar 10,9 persen. Keempat kabupaten tersebut adalah Karangasem, Klungkung, Jembrana, dan Bangli.

Menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 rata-rata kasus stunting Karangasem tercatat tertinggi di Bali yang hampir menyentuh 30 persen, tepatnya 22,9 persen. Selanjutnya ada Kabupaten Klungkung sebesar 19,4 persen, Jembrana sebesar 14,3 persen, dan Bangli sebesar 11,8 persen.

“Ada empat kabupaten yang berada di atas 10 persen. Itu akan kami genjot untuk program stuntingnya. Nanti akan kita monev (monitoring dan evaluasi, red) lebih intens. Seperti contoh di Gianyar dan Badung sudah melibatkan desa adat, ini bisa kita jadikan percontohan,” ucapnya.

Pihaknya menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Bali akan mendukung program pengentasan stunting dengan komitmen penuh. Upaya kolaborasi dari berbagai unsur pun sudah disiapkan untuk mengupayakan Bali bebas stunting.

Baca Juga:

“Kita dukung penuh, misalnya sudah ada program dari pusat untuk makanan tambahan untuk ibu hamil. Tapi, yang jelas kita terus lakukan monev ke berbagai puskesmas. Kita hidupkan lagi posyandu, karena sempat fakum kemarin dan sekarang sudah aktif kembali. Di sanalah peran kita, masyarakat untuk memberdayakan penanggulangan stunting,” kata dia. 

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., MARS menyatakan optimisme pihaknya untuk dapat menekan angka stunting Provinsi Bali dalam dua tahun ke depan. Pada tahun 2024, pihaknya menarget rerata kasus stunting Provinsi Bali dapat ditekann hingga ke angka 6,5 persen.

“Kita akan menarget 2024 angka prevalensi stunting provinsi Bali mencapai 6,5 persen. Kalau bisa sampai bebas atau 2,5 persen. Kami akan optimis. Apa kendala yang kita, siapa yang berperan penting, kami akan kerjasamakan. Kami juga akan libatkan adat dalam hal ini,” kata dia.

Lebih jauh ia mengatakan bahwa selama ini persoalan literasi stunting memang masih menjadi kendala utama dalam program pengentasan stunting. Oleh karena itulah, upaya edukasi juga diambil menjadi salah satu jalan menuju Bali bebas stunting.

“Tantangannya di lapangan adalah adalah pengetahuan bagaimana pentingnya mengentaskan stunting itu. Selama ini stunting dianggap tidak relevan dengan pelibatan SDM, padahal dia ancaman sekali. Itu yang nanti kita juga terus edukasi,” katanya yang biasa dipanggil Luhde. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories