Gawat, Harga Kripto LUNA Capai Terendah pada Kurun Satu Tahun Terakhir

Ilustrasi pasar kripto bearish / Pixabay

Jakarta, Balinesia.id- Aset kripto Terra (LUNA) mengalami penurunan yang sangat tajam bahkan rekor level harga terendah dalam setahun terakhir, yakni di angka US$0,2314 (Rp3.365).

Sebelumnya, rekor terendah LUNA berada di level US$4,1077 (Rp59.750) dalam beberapa hari terakhir. Saat ini LUNA sudah nyaris turun 100% dalam sehari dan seminggu terakhir.

Pantauan Coin Market Cap, pada Kamis, 12 Mei 2022 pukul 13.30 WIB, harga LUNA menukik sebesar 96,30% dalam 24 jam terakhir. Sementara itu, dalam sepekan ke belakang, aset kripto ini sudah turun hingga 99,71%.

Posisi LUNA sebelumnya sudah cukup lama bertengger di jajaran 10 aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar. Saat ini, LUNA sudah terpental ke peringkat 59.

Kapitalisasi pasar LUNA menurun 76,78% dan saat ini menyentuh angka US$661,4 juta atau setara dengan Rp9,6 triliun dalam asumsi kurs Rp14.546 perdolar Amerika Serikat (AS).

Penurunan performa yang terjadi secara signifikan pada LUNA terjadi setelah stablecoin Terra USD (UST) gagal untuk menjaga nilai tukarnya untuk setara dengan kurs dolar AS seiring dengan harga Bitcoin (BTC) yang terus menurun. Saat ini saja, UST berada di level harga US$0,5771 (Rp8.394).

Gagalnya UST dalam menjaga nilai tukar turut berdampak kepada aksi jual secara besar-besaran pada kripto LUNA.

Saking besarnya volume transaksi penjualan LUNA, platform Binance bahkan sempat menangguhkan sementara penarikan LUNA dan UST. Binance melakukan ini jaringan sampai mengalami gangguan karena tingginya jumlah penarikan.

Terraform Labs selaku perusahaan pengembang Terra pun mengosongkan treasury wallet yang berisi sekitar 42.530 BTC atau setara dengan US$1,3 miliar (Rp18,9 triliun) untuk menjaga nilai tukar UST terhadap dolar AS.  Walau begitu, upaya itu belum memberikan dampak positif karena harga Bitcoin pun terus menurun secara drastis.

Trader Tokocrypto Afid Sugiono, menilai stablecoin seharusnya menjadi aset yang lebih aman dengan fluktuasi harga yang sangat rendah dan stabil. Namun, kegagalan UST untuk menjaga kestabilan nilainya pun menjadi sentimen negatif yang memicu para investor kripto untuk melakukan aksi jual.

"Terjadinya reserve asset dari UST membuat sentimen negatif terhadap stablecoin. Tanda-tanda kelemahan dalam stablecoin, sebagai aset kripto yang lebih aman tapi tidak terbukti, semakin menakuti investor," papar Afid melalui keterangan tertulis, Rabu, 11 Mei 2022.

Atas pemaparan di atas, bisa dikatakan, penurunan yang terjadi pada LUNA dan Bitcoin saling mempengaruhi satu sama lain. Kejatuhan harga Bitcoin telah memicu kegagalan UST untuk menjaga nilai tukarnya terhadap dolar karena sebelumnya Terraform Labs telah mengumpulkan Bitcoin senilai US$3 miliar (Rp43,638 triliun) untuk menjaga posisi UST.

Namun, ketika Bitcoin mengalami penurunan, akhirnya harga UST pun menukik dan pada gilirannya turut berdampak kepada LUNA.

Kegagalan UST untuk menjaga nilainya pun pada akhirnya turut berdampak juga kepada penurunan aset-aset kripto lainnya, termasuk Bitcoin, karena berkurangnya rasa percaya para investor terhadap performa aset kripto dalam beberapa waktu terakhir yang sudah cukup terdampak juga oleh kebijakan terkait kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). ***

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 12 May 2022 

Bagikan

Related Stories