ULU Identifikasi Lontar Berusia 196 Tahun di Lombok

Tim ULU melakukan identifikasi dan konservasi naskah lontar di dua gria yang ada di Lombok, NTB. (Balinesia.id/dok ULU)

Denpasar, Balinesia.id - Unit Lontar Universitas Udayana (ULU) mengidentifikasi lontar Kakawin Bharata Yuddha berusia nyaris dua abad di Lombok. Lontar tersebut teridentifikasi di sebagai koleksi Gria Bagirati yang tercatat disalin pada tahun 1748 Saka (1826 Masehi) atau telah berusia 196 tahun pada tahun 2022.

Identifikasi lontar tersebut didapatkan ketika ULU melakukan pengabdian kepada masyarakat di dua gria (rumah pendeta Hindu, red) yang ada di Cakranegara, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada 19-22 Juli 2022 lalu. Dua gria yang dijadikan sasaran pengabdian adalah Gria Seksari dan Gria Bagirati. Kedua gria tersebut merupakan keluarga pendeta yang pindah dari Desa Sidemen, Karangasem ke Lombok untuk menjadi Bhagawanta di Kerajaan Lombok.

“Oleh sebab itulah gria ini memiliki warisan naskah penting yang pernah digunakan menata kehidupan sosial dan rohani pada zamannya. Terlebih, hingga saat ini tradisi kebrahmanaan di gria tersebut masih tetap berlanjut,” kata perwakailan tim pengabdian, Dr. Drs. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum. di Denpasar, Selasa, 26 Juli 2022. 

Baca Juga:

Ia mengatakan, alasan pihaknya memilih Lombok sebagai sasaran pengabdian lantaran mempertimbangankan sisi historis Bali dan Lombok. Menurut sejarahnya, Lombok memiliki relasi historis yang lekat dengan Bali. Pada tahun 1839 Kerajaan Karangasem melakukan ekspansi ke Lombok dan berhasil menaklukkan pulau tersebut.

“Pasca-Kerajaan Lombok ditaklukan oleh Karangsaem terjadi diaspora besar-besaran masyarakat Bali ke Lombok. Seturut dengan peristiwa ini pula terjadi persebaran naskah-naskah lontar Bali ke Lombok,” kata dia.

Secara keseluruhan, sebuh Rai Putra, pihaknya berhasil mengidentifikasi dan mengkonservasi 36 judul lontar. Sebanyak 25 judul ditemukan di Gria Seksari, antara lain Kakawin Arjuna Wiwaha, Tata Cara Ngaryanin Tirta, Wangsit Katuwayan, Arga Patra, Usadha Rare, Geguritan Pangalem, Awi-Awian Pangalem Raja Karangasem, Usadha Kacacar, dan Tutur Sayogadhara. Pada gria ini, naskah berjudul Andakacacar adalah naskah tertua, yang tercacat berangka tahun 1797 Saka (1875 Masehi).

Sementara itu, naskah-naskah yang dikoleksi di Gria Bagirati ditemukan sejumlah 11 naskah yang di antaranya berjudul Stawa Sanggar, Tattwa Kapatian, Nyikut Karang, Geguritan Krama Selam, Kramaning Puja Shiwaratri, dan Sundari Bungkah.

Baca Juga:

“Kami disambut baik oleh panglingsir dari kedua gria, yakni Ida Padanda Gede Putra Pidada dan Ida Padanda Gde Manuaba Tianyar yang mengapresiasi dan mengatakan kegiatan seperti ini sangat bermanfaat dan bisa dilakukan di kemudian hari secara berkelanjutan,” kata dia.

Pada pengabdian tersebut, Tim ULU menerjunkan 10 orang ahli pernaskahan yang terdiri dari akademisi dan peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dan staf ULU. Selain Rai Putra, anggota tim identifikasi dan konservasi yang ambil bagian dalam kegiatan itu antara lain Dr. Drs. I Wayan Suardiana, M.Hum., Dr. I Ketut Jirnaya, M.S., Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum, Putu Eka Guna Yasa, S.S., M.Hum., Putu Widhi Kurniawan, S.S., M.Hum., Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum., I Nyoman Suwana, S.S., M.Hum., I Made Agus Atseriawan H.S., S.S.,dan  Ida Bagus Anom Wisnu Pujana, S.S. jpd 

Editor: E. Ariana

Related Stories