Gotong Royong Perangi Stunting

Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Desa Daup, Kintamani, Jumat, 22 Juli 2022. (Balinesia.id/jpd)

Bangli, Balinesia.id - Direktur Komunikasi, Informasi dan Edukasi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (KIE BKKBN) Eka Sulistia Ediningsih, mengatakan konsep gotong royong sangat tepat digunakan dalam upaya menurunkan kasus stunting. Warga yang berkecukupan diharapkan membantu warga lain yang membutuhkan, khususnya asupan gizi protein.

Hal tersebut dinyatakannya ketika hadir dalam Promosi dan KIE Program Percepatan Penurunan Stunting di Desa Daup, Kintamani, Jumat, 22 Juli 2022. "Di Bali, khususnya di Kintamani ini kan banyak ada ikan juga sayuran, sehingga mestinya tidak ada stunting. Jangan-jangan penyebabnya hanya salah pola asuh dan pola makanan," katanya.

Baca Juga:

Pada kesempatan itu Eka Sulistia juga mengapresiasi Provinsi Bali yang menjadi provinsi dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa angka kasus stunting yang saat ini berada pada 10,9 persen wajib diturunkan, bahkan mencegah yang belum terjadi.

"Salah satu cara mencegah stunting adalah memenuhi asupan protein hewani pada balita. Bapak Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo yang dokter kandungan mengatakan, satu telur saja perhari sudah cukup baik memenuhi protein anak, apalagi ditambah ikan dan daging," kata Eka.

Perbekel Desa Daup, I Dewa Nyoman Saliawan mengatakan bahwa di wilayahnya saat ini terdapat 10 kasus stunting. Pihaknya berharap dengan adanya kampanye pencegahan stunting oleh BKKBN dan Komisi IX DPR, warga Daup mendapatkan edukasi sehingga tidak ada kasus berikutnya.

Dewa Saliawan mengaku telah memprioritaskan program kesehatan penduduk dengan memanfaatkan dana desa. Hal inipun diapresiasi oleh BKKBN sebagai langkah cerdas di bidang peningkatan kualitas penduduk.

Di sisi lain, Kepala Dinas PMDPPKB Bangli, I Dewa Agung Putu Purnama, mengatakan Pemerintah Kabupaten Bangli terus berupaya mengajak seluruh pihak ikut serta menjalankan program percepatan penurunan angka stunting di Kabupaten Bangli, khususnya bagi para pemuda.

"Edukasi yang digelar semoga mampu diserap, kemudian diimplementasikan oleh warga karena sangat penting menjaga kualitas sumber daya manusia Bangli," kata dia.

Ia menyebut, prevelensi stunting di Kabupaten Bangli saat ini sebesar 11,8 persen. Jika dibandingkan dengan prevalensi angka Provinsi Bali, maka angka tersebut yampak masih di atas rata-rata provinsi. "Kami perlu meningkatkan kinerja hingga tingkat desa. Kami mengajak seluruh pihak untuk ikut serta menjalankan program penurunan stunting ini. Kita berharap stunting di Bangli bisa turun hingga sekitar 2 persen,” kata dia.

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, I Ketut Kariyasa Adnyana mengingatkan stunting jangan dianggap persoalan sepele. Secara nasional, angka stunting nasional menembus 24,4 persen. "Jika dibiarkan, stunting ini menjadi ancaman negara. Negara bisa lumpuh kalau penduduknya banyak yang sakit," katanya.

ia melanjutkan, khusus di Bali, jika berhasil menurunkan angka stunting menjadi nol atau zero stunting, maka akan menambah citra Bali sebagai daerah yang sehat dan bersih. "Hal ini bisa 'dijual' ke luar negeri untuk menunjang pariwisata. Jika pariwisata berkembang akan berdampak pada seluruh sektor kehidupan masyarakat Bali terutama sektor pertanian atau perkebunan yang menjadi andalan warga Daup," ucapnya. jpd

Editor: E. Ariana
Tags Bali BangliStuntingBagikan

Related Stories