Berlanjut ke Desa Senganan, Kampanye Pengentasan Stunting Hadirkan Calon Pengantin

Sosialisasi stunting di Desa Senganan, Tabanan, Selasa, 19 Juli 2022. (Balinesia.id/istimewa)

Tabanan, Balinesia.id - Setelah  dimulai dari Desa Banjarasem, Seririt, Buleleng, pada Senin, 18 Juli 2022, sehari setelahnya kampanye pengentasan stunting di Provinsi Bali dilanjutkan di Desa Senganan, Penebel, Tabanan. Menariknya pada kampanye itu turut diundang calon pengantin sebagai peserta.

Kampanye dilakukan di balai desa setempat, Selasa, 19 Juli 2022 yang diikuti oleh Kader Posyandu/PKK, bidan, unsur Puskesmas Penebel, masyarakat umum, dan calon pengantin yang akan menikah tiga bulan ke depan.

Baca Juga:

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, mengatakan program tersebut merupakan kerja sama Komisi IX DPR RI dengan BKKBN. Pada kesempatan tersebut, pun ia memaparkan materi pencegahan stunting. Stunting diharapkan bisa diatasi secara kolaboratif bersama-sama.

Direktur Kerja Sama Pendidikan Kependudukan BKKBN, Edi Setiawan yang hadir dalam momentum tersebut mengapresiasi Bali sebagai provinsi dengan kasus stunting terendah di Indonesia. Berdasarkan Survei Status Gisi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Provinsi Bali sebesar 10, 9 persen, jauh di bawah rata-rata nasional. "Jadi Bali ini setara dengan negara maju seperti Singapura. Semoga tren ini berlanjut, bahkan zero stunting," katanya.

Menurutnya stunting merupakan ancaman negara harus ditangani secara serius. "Kalau kondisinya seperti itu (stunting, red) akan menjadi beban negara, sehingga bukan problem kesehatan saja tapi ekonomi juga. Negara akan menanggung beban yang berat. Karena kami mengajak masyarakat untuk mencegah betul stunting ini," ajaknya.

Anggota Komisi IX DPR RI, I Ketut Kariyasa Adnyana mengatakan hal senada. Kariyasa menekankan pentingnya melakukan diversifikasi pangan, misalnya mengganti atau mencampur beras dengan umbi-umbian atau memperkaya asupan sayur dan daging yang bersumber dari pangan lokal.

"Yang membuatnya terkejut, kasus stunting di Bali justru terjadi di Kota Denpasar. Ini membuktikan bahwa stunting juga mengancam masyarakat menengah ke atas karena disebabkan pola asuh dan pola makan yang salah," kata dia.

Menurutnya kondisi itu mengindikasikan ada pola asuh yang salah. "Mungkin karena orangtuanya terlalu sibuk bekerja di perkotaan sehingga anak diasuh pembantu. Di sanalah terjadi masalah cakupan gizinya tidak memenuhi standar," katanya.

Di sisi lain, Sekretaris Desa Senganan, I Wayan Supartika menyampaikan bahwa desanya dihuni oleh 6.700 jiwa, dengan 325 orang di antaranya balita, dan 21 orang ibu hamil. "Desa Senganan telah melaksanakan pendampingan khusus ibu hamil dan balita sesuai program-program Puskesmas I dan II Penebel," kata dia.

Atas upaya tersebut, ia mengatakan hingga saat ini belum ditemukan kasus stunting di Senganan. "Semoga dengan kegiatan ini masyarakat kami mendapat pencerahan sehingga ke depan tidak ada stunting," kata dia..

Bupati Tabanan yang diwakili Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan, I Wayan Kotio menambahkan angka stunting di Kabupaten Tabanan sebesar 9,2 persen, jauh di bawah angka nasional sebesar 24,4 persen. Meski tergolong kecil, ia mengatakan Pemkab Tabanan berkomitmen sama dengan Pemerintah Pusat dan seluruh instansi dalam menurunkan prevalensi stunting sesuai semangat Presiden Jokowi dengan menerbitkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021.

"Rawatlah anak-anak dari sekarang, karena di masa depan merekalah yang merawat bangsa dan negara ini," katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories