Jaga Kebersihan dan Tidak Berkerumun: Maknai Lontar “Panguntur Gring” Hadapi Pandemi

Cakepan Lontar Bali

Denpasar, Balinesia.id – Akademisi Universitas Udayana, Dr. Drs. IB Jelantik Sutanegara Pidada, M.Hum., menjelaskan salah satu lontar yang menguraikan cara mengatasi kondisi krisis dari pandemi. Lontar tersebut adalah “Lontar Panguntur Gring”.

“Lontar ini dalam pernaskahan Bali adalah naskah tunggal, dan sampai saat ini belum ditemukan naskah lainnya. Lontar ini diketahui ditulis dan dimiliki oleh Ida Padanda Gede Jelantik Soba,” katanya mengawali paparannya dalam Widyatula atau Seminar Bulan Bahasa Bali 2021 “Sastra Penaweng Gering: Usadha Bali Pinaka Panepas Gering” yang digelar daring, Senin (15/2/2021).

Dari sisi bentuk, lontar tersebut sejatinya termasuk sebagai lontar yang pendek, namun secara fungsional digunakan untuk menjalankan upacara agama bagi sulinggih atau pendeta dan sarati atau tukang pembuat sesajen di Bali.

“Saat saya membaca lontar ini, saya berpikir isinya menguraikan tentang wabah yang pernah terjadi pada masa silam. Menurut teks ini, wabah secara alami disebut memang akan terjadi, baik di masa silam, sekarang maupun masa depan, menurut pada masa manwantara, yuga, millennium, demikian juga tahun, bulan, minggu, hari, dan dauh atau jam,” jelasnya dalam widyatula yang juga dinarasumberi farmakolog dari Universitas Gadjah Mada, dr. I Wayan  Cahyadi Surya Distira dan Akademisi Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Dr. I Komang Indra Wirawan,  S.Sn., M.Fil.H.

Menurut isinya, sarana yang digunakan untuk menghalau wabah menurut teks ini adalah air yang sudah dimantrai, rerajahan Sad Aksara atau gambar-gambar mistik dari enam aksara, canang atau sesajen sebanyak 22 tanding, sodaan 4 tanding, dan punjung putih-kuning.

Sarana-sarana itu diperlakukan sedemikian rupa menurut tata cara pemujaan. Sementara untuk tempat dan waktu, disarankan melakukan pemujaan di bale pawedaan, pamugeran pura ketika tepat tengah malam atau tengahing dalu.

Dalam konteks kekinian, ia mengajak untuk memaknai teks tersebut untuk menghadapi pandemi Covid-19. Menurutnya, masyarakat saat ini harus bisa mengontrol diri dan berlaku menurut ajaran Dharma dan tidak melakukan himsa karma atau perbuatan menyakiti atau kekerasan, serta memperhatikan pola hidup dengan mengkonsumsi makanan yang bersih dan sehat.

“Kita juga patut menjaga kebersihan lingkungan, baik di tingkat desa, rumah, maupun diri masing-masing. Hindari bertemu banyak orang, melaksanakan tapa, brata, dan samadi setiap hari, melakukan yadnya dan pemujaan yang tulus ikhlas pada Tuhan, serta memahami keberadaan. Kehadiran pandemi ini mengingatkan kita untuk menjalankan panguntur gring ini,” katanya. (jro)

Bagikan

Related Stories