Investasi Kripto Menjanjikan, 10 Kesalahan Ini Bisa Sebabkan Kerugian

Ilustrasi aset kripto Bitcoin / Pixabay

Jakarta, Balinesia.id - Banyak masyarakat di seluruh dunia yang menggandrungi mata uang kripto sebagai instrumen penting investasi namun tak sedikit yang melakukan kesalahan sehingga menyebabkan kerugian tidak sedikit .

Keuntungan investasi kripto bisa berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan dengan investasi saham, meskipun risikonya pun lebih tinggi.

Dalam dunia investasi kripto, banyak investor melakukan kesalahan umum sehingga mengalami kerugian.

Edukator finansial dan influencer yang fokus dalam topik keuangan, Angga Andinata, mengingatkan, banyak orang yang mengalami kerugian hanya karena keteledoran.

Lantas, bagaimana agar investasi ini tidak merugi? Angga Andinata memaparkan apa saja kesalahan umum yang dilakukan dalam investasi mata uang kripto sebagaimana tayangan video berjudul “Big Mistakes Beginner Crypto Investors” yang diunggah di kanal YouTube.

Berikut 10 kesalahan umum dalam investasi kripto yang menyebabkan kerugian.

1. Tidak melakukan riset sendiri

Menurut Angga, dalam berinvestasi di instrumen apapun, sebaiknya jangan pernah percaya mentah-mentah rekomendasi dari pakar atau influencer.

“Jangan pernah membeli koin atau token karena review di Instagram, di YouTube, atau di media sosial lain. Jadi, keputusan investasi kita pada suatu aset kripto adalah hasil dari riset kita sendiri,” ujar Angga Andinata.

2. Memakai uang panas

Angga menyarankan agar orang yang hendak berinvestasi di aset kripto sebaiknya menggunakan uang dingin, yakni uang yang tidak akan terpakai dalam jangka waktu lama dan tidak menjadi masalah jika keseluruhannya hilang.

“Kalau Anda tidak siap kehilangan uang itu, berarti bukan uang dingin karena investasi, apalagi investasi di kripto, adalah investasi yang sangat high risk,” ungkap Angga Andinata.

3. Hanya fokus di satu aset

Sangat penting untuk membagi-bagi risiko dengan cara tidak hanya berinvestasi di satu mata uang kripto saja untuk mengurangi kemungkinan boncos atau rugi. 

Lanjut Angga Andinata, apalagi kalau yang kita beli adalah koin micin atau shitcoin. Usahakan 70% portofolio kita adalah koin ataupun token yang punya fundamental yang baik.

Koin micin atau shitcoin memang bagus untuk untuk investasi jangka pendek, namun memiliki risiko yang jauh lebih besar ketimbang mata uang kripto yang posisinya menempati 30 teratas di Coin Market Cap.

“Teman-teman yang main shitcoin, harus disiplin dengan exit strategy-nya. Tentukan angka tertentu untuk cut loss,” kata Angga Andinata.

Sementara itu, investasi di mata uang kripto yang menempati 30 teratas di Coin Market Cap terbilang cukup aman meskipun tetap saja mengandung risiko besar.

4. Salah memilih crypto exchange

Melakukan kesalahan dalam memilih bursa pertukaran kripto (crypto exchange) dapat mengakibatkan dampak yang cukup fatal.

Ia menceritakan bagaimana crypto exchange bisa saja melakukan penipuan dengan membawa kabur uang, atau terkena peretasan sehingga seluruh aset yang dimiliki nasabah pun terkuras. 

“Pastikan exchange kita memiliki likuiditas yang baik dan menyimpan koin di tempat yang aman,” ujar Angga.

Tidak ada yang bisa meramalkan atau menjamin crypto exchange tertentu akan selalu aman sepanjang waktu. Bahkan, Mt. Gox yang dikenal sebagai salah satu crypto exchange terbesar di dunia pun bisa runtuh. 

Untuk itulah, selain berinvestasi di lebih dari satu aset kripto, sebaiknya investor pun membagi portofolio tidak hanya di satu crypto exchange.

“Karena yang namanya exchange suatu hari nanti pasti ada yang namanya maintenance, mungkin ada masalah pada servernya, bahkan mungkin di-hack,” Angga Andinata menambahkan.

5. Terlalu fanatik

Banyak yang sudah mengalami kerugian besar karena terlalu fanatik kepada investasi di mata uang kripto. Tidak sedikit yang terlalu fanatik dan menginvestasikan seluruh aset hanya kepada mata uang kripto dan tidak menghiraukan instrumen lain. 

“Kita harus tetap mengutamakan diversifikasi, mengamankan aset kita dan membagi risiko dengan berinvestasi di aset lainnya,” ujar Angga.

Dikatakan oleh Angga, tidak ada pasar yang selalu bullish atau bearish karena ada yang disebut sebagai economy cycle

6. Lupa keyphrase

Keyphrase adalah kata kunci untuk mengakses wallet dan biasanya berisi 12 sampai 24 kata. Ada kasus orang yang kehilangan aset hingga jutaan dolar hanya karena lupa keyphrase.

“Bahkan ada banyak kasus Bitcoin dan aset kripto lainnya yang hilang hanya karena lupa keyphrase,” ucap Angga.

7. Hobi memamerkan tangkapan layar portofolio

Memamerkan portofolio investasi di media sosial adalah suatu hal yang sering dilakukan oleh banyak orang.  Hasil tangkapan layar (screenshot) diunggah begitu saja untuk memperlihatkan portofolio aset kripto yang dimiliki kepada khalayak luas tanpa mengetahui risikonya.

Pada dasarnya, pertukaran mata uang kripto bersifat anonim sehingga tidak perlu banyak orang yang tahu berapa banyak aset yang dimiliki.

Lain halnya jika informasi itu dibagikan kepada orang terdekat seperti suami atau istri, saudara kandung, dan anak.

8. Tidak menyimpan “back up key” di akun Google

Tidak menyimpan back-up key adalah salah satu kesalahan yang cukup banyak dilakukan tidak hanya oleh investor, melainkan sebagian besar pengguna Google.

Tujuan menyimpan back-up key adalah agar pengguna dapat menjaga keamanan akses ke akun Google yang dibantu oleh Google Authenticator.

Untuk diketahui, Google Authenticator adalah tools untuk menyimpan kode verifikasi supaya terhindar dari pencurian data. 

9. Mengira trading sama dengan investasi

Trading dan investasi adalah dua hal yang jauh berbeda meskipun menggunakan platform yang sama. 

Investasi di kripto atau di aset lainnya adalah untuk kepentingan jangka panjang. Sedangkan trading adalah membeli aset dalam jangka pendek untuk dijual kembali dan mendapatkan keuntungan dari selisih harga.

Meski demikian, sebenarnya seseorang bisa saja menjadi trader sekaligus investor, tapi perlu dipahami bahwa cara untuk menganalisis pergerakan harganya memiliki perbedaan.

10. Melakukan dollar cost averaging pada koin yang salah

Melakukan dollar cost averaging atau menyimpan investasi secara rutin kepada aset yang sama pada koin yang kurang tepat dapat menyebabkan kerugian. 

“Melakukan hold dan dollar cost averaging pada koin yang bagus itu benar. Yang salah adalah melakukan dollar cost averaging atau serok terus pada market yang downtrend di koin yang salah,” papar Angga.

Perlu diingat, ciri koin yang salah satunya dinilai kurang bagus untuk diterapkan dollar cost averaging salah satunya adalah yang memiliki unlimited supply sehingga sulit mengalami kenaikan harga. (roh) *** 

 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 20 Jan 2022 

Bagikan

Related Stories