BI Bali Minta Waspadai Melonjaknya Permintaan Bahan Makanan Menjelang Ramadan dan Nyepi

Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Trisno Nugroho menilai inflasi Bali sampai dengan bulan April masih dalam keadaan rendah dan stabil (di bawah 2%).

Denpasar, Balinesia.id - Bank Indonesia meminta waspada terhadap melonjaknya permintaan bahan makanan dan makanan jadi menjelang Hari Raya Nyepi dan Bulan Puasa Ramadan yang bisa berpengaruh terhadap inflasi di Bali pada bulan Maret 2023.

Hal itu diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Trisno Nugroho dalam keterangan tertulis, Jumat 3 Februari 2023 .

Diungkapkan, pada Maret 2023, beberapa risiko yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kenaikan inflasi antara lain kenaikan permintaan bahan makanan dan makanan jadi menjelang bulan puasa dan hari raya Nyepi.

"TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali terus aktif melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K," harap Trisno Nugroho.

Sejumlah upaya dilakukan antara lain melalui kegiatan operasi pasar untuk komoditas pangan strategis, peningkatan kerjasama antara Bulog dan Perumda, serta pemberian subsidi ongkos angkut untuk menekan kenaikan harga komoditas pangan.

Kemudian, TPID juga mendorong peningkatan kualitas data komoditas yang keluar masuk Bali, peningkatan Kerja sama Antar Daerah (KAD) dalam Provinsi Bali dan dengan wilayah di luar Provinsi Bali, serta peningkatan komunikasi kepada masyarakat melalui berbagai media mengenai perkembangan harga dan ketersediaan pasokan pangan di Bali.

Pada bagian lain, Trisno Nugroho mengungkapkan, kebijakan moneter Bank Indonesia dan sinergi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) memberi pengaruh positif terbukti terjadi penurunan inflasi Februari 2023.

Rilis BPS Provinsi Bali, menunjukkan inflasi gabungan dua kota di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja) pada Februari 2023 sebesar 0,07% (mtm), menurun dibandingkan bulan sebelumnya (0,66%,mtm) dan lebih rendah dari inflasi Nasional (0,16%, mtm).

Meski demikian, inflasi secara tahunan masih cukup tinggi sebesar 6,35% ( yoy).

"Lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya 5,81% (yoy) akibat pengaruh base effect periode yang sama tahun sebelumnya," ungkap Trisno Nugroho.

Mengacu komoditasnya, terjadinya inflasi disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas beras, bahan bakar rumah tangga (gas LPG), bawang merah, dan cabai merah.

Disebutkan, kenaikan harga beras karena terbatasnya pasokan gabah dan belum masuknya masa panen padi, sedangkan kenaikan harga gas LPG disebabkan oleh pembatasan pembelian gas LPG 3 kg dan penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET).

Kemudian, kenaikan harga bawang merah dan cabai merah akibat penurunan produksi seiring dengan tingginya curah hujan pada Februari 2023.

Lebih lanjut, Trisno Nugroho, inflasi yang lebih tinggi dapat tertahan dengan menurunnya harga canang sari, daging ayam ras, telur ayam ras, tomat dan angkutan udara.

Harga canang sari kembali menurun sejalan dengan normalisasi permintaan pasca berakhirnya perayaan Galungan- Kuningan.

Adapun penurunan harga daging ayam ras, telur ayam ras dan tomat didorong oleh peningkatan pasokan, sedangkan penurunan tarif angkutan udara terjadi seiring dengan penurunan harga avtur. ***
 


Related Stories