“Gajah Mina” Juara Lomba Baligrafi BBB V

Para pemenang lomba baligrafi BBB ke-5 berfoto bersama dengan dewan juri. (Balinesia.id/IST)

Denpasar, Balinesia – Baligrafi berjudul “Gajah Mina” hasil karya kreatif siswi SMAN 2 Denpasar, Ni Nyoman Vrindavani, berhasil menjadi jayanti atau juara dalam Wimbakara (Lomba) Baligrafi Bulan Bahasa Bali (BBB) ke-5 “Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani”, Minggu, 19 Februari 2023.

Lomba tersebut dilangsungkan di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Denpasar. Ada 45 peserta yang berkontestasi dari 50 orang peserta yang mendaftar pada lomba tersebut.

Mereka beradu kreativitas meramu aksara Bali menjadi beragam bentuk. Setelah dinilai secara ketat, karya Vrindavani ditetapkan sebagai pemenang, disusul I Putu Windu Juliana sebagai juara II, dan Komang Lanang Rama Semara sebagai juara III. Adapun gajah mina adalah makhluk mitologis menyerupai perpaduan ikan dan gajah.

Baca Juga:

Kurator BBB ke-5, Putu Eka Guna Yasa, mengatakan secara umum Wimbakara Baligrafi mendapatkan respons antusias. Para peserta yang ambil bagian pun dinilai telah mampu merealisasikan tema BBB ke-5 “Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani”.

Para peserta menyusun aksara Bali menjadi bentuk-bentuk biota laut, makhluk mitologis, hingga Dewa Baruna sang penguasa laut. Bentuk-bentuk biota laut misalnya berupa kuda laut, ikan, maupun penyu, sementara makhluk mitologis diwujudkan sebagai naga dan gajah mina.

“Yang mengembirakan seni baligrafi ini sangat potensial di dunia kreatif, kita berharap para insan baligrafi ini bisa dikembangkan sehingga banyak desain menggunakan aksara Bali, baik di stiker, sampul buku, baju kaos, termasuk udeng, sehingga aksara Bali mempunyai potensi di bidang ekonomi,” kata dia.

Baca Juga:

Pandangan serupa dinyatakan juri lomba, Ni Wayan Sariani. Ia mengatakan secara umum karya-karya peserta tahun ini telah sesuai dengan tema. Meskipun demikian, ia mengingatkan peserta atau seniman baligrafi ke depan dapat memperhatikan penempatan dan pasang aksara Bali, sehingga makna aksara tidak hilang, di samping sisi artistiknya.

“Contoh bentuknya ikan, tapi aksaranya sedikit tentu saja kurang harmoni, tapi melihat karya-karya saat ini, para peserta sudah meningkat dari tahun -tahun sebelumnya, dulu hanya pepolosan, sekarang mulai berkreasi bahkan sulit kita nilai yang mana harus kita pilih, karena mencari tiga pemenang saja,” kata dia.

Baca Juga:

Sementara itu, juri lainnya I Wayan Gulendra, menitikberatkan pengembangan kreativitas peserta dalam mengolah aksara menjadi gambar. Ia menegaskan bahwa baligrafi idak saja menyurat aksara biasa, tetapi menyurat aksara menjadi sebuah motif, simbol tertentu, dan memiliki makna filosofis. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories