Kandung Pesan Memuliakan Laut, Ini Kisah Pencarian Tirta Pawitra oleh Bima dalam Lontar Nawa Ruci

Patung Dewa Ruci di Simpang Bypass Ngurah Rai, Kuta, Badung. (Balinesia.id/ist)

Denpasar, Balinesia.id – Lontar Nawa Ruci dipilih untuk dibedah dalam Widyatula (Seminar) Bedah Lontar Nawa Ruci serangkaian Bulan Bahasa Bali (BBB) ke-5 pada Selasa, 14 Februari 2023. Lalu, bagaimana jalan cerita dari lontar yang juga dijadikan inspirasi pembuatan Patung Dewa Ruci di Simpang Bypass Ngurah Rai, Kuta, Badung ini?

Praktisi sastra Jawa Kuno, Dr. I Nyoman Sukartha, M.Hum, menerangkan hal itu. Dalam kegiatan yang berlangsung daring, ia menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan dalam lontar Nawa Ruci adalah bahasa Jawa Tengahan.

Lontar Nawa Ruci inggih punika lontar sané madaging tutur kaweruhan, kadiatmikan, kalepasan (lontar Nawa Ruci ini adalah lontar yang berisi pengetahuan tentang filsafat kaweruhan, kadiatmikan, dan kalepasan, red),” tulis Sukartha dalam makalahnya menggunakan bahasa Bali.

Baca Juga:

Ia menjelaskan, teks tersebut berfokus menceritakan Sang Bima, saudara nomor dua Pandawa, yang ditugaskan mencari Tirta Pawitra di tengah samudra. Tugas itu dilakukan Bima atas perintah gurunya, Resi Drona. Perintah itu sesungguhnya bagian kelicikan dari Kurawa untuk menyingkirkan Pandawa.

“Sang Wrekodara diperintahkan mencari Tirta Pawitra di Sumur Sidhurongga. Ia berjalan ke hutan yang sangat lebat dengan jurang yang curam, gunung, serta sungai yang dalam. Ketika sampai, Bima langsung terjun ke sumur dan bertemu dengen ular yang besar. Ular itu dibunuh, kepalanya dipersembahkan kepada Drona, sementara roh dari ular itu menjelma menjadi bidadari,” tuturnya.

Baca Juga:

Selanjutnya, Sang Wrekodara diperintahkan untuk mencari Tirta Pawitra di Gua Sihandawa yang berada di hutan yang lebat pula. Setibanya di Gua Sihandawa, di sana juga tidak ditemukan air suci itu. Justru di gua itu ada seorang raksasa bernama Sang Indrabahu. Pertempuran pun pecah antara Bima dan Indrabahu, hingga akhirnya raksasa itu dikalahkan.

“Kepala raksasa itu dipenggal pula, taringnya dicabut dan dipersembahkan kepada Sang Drona. Sementara, roh raksasa kembali ke surga menjadi Hyang Indra,” kata Sukartha.

Baca Juga:

Setelah mencari Tirta Pawitra di dua tempat itu, Bima kembali ditugaskan mencarinya di samudra. Tanpa berpikir panjang, putra Dewa Bayu itu menceburkan diri ke laut. Setelah sampai di tengah laut, lama kelamaan Bima tumbang juga. Hal itu dilihat oleh Dewi Gangga.

Pada saat itu pulalah Sanghyang Nawa Ruci menghidupkan kembali Sang Wrekodara. Di sana ia diberi anugerah berupa ajaran pasuk-wetuning sastra ring angga sarira, yang menyatukan buana agung dan buana alit, patunggalaning pati urip (penyatuan hidup dan matu, serta ilmu kalepasan.

Baca Juga:

“Dari ajaran Nawa Ruci, Bima mendapatkan tentang kebenaran sejati serta awal mula terciptanya Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Dari sini, Bima mulai sadar dan mengenal dirinya sendiri serta dapat bertemu dengan kebenaran sejati (Sanghyang Acintya). Singkat cerita air suci itu didapatkan dan dipersembahkan kepada Resi Drona,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories