Termakan Usia, ULU Konservasi Lontar Pura Bendesa Kubayan Batur

Konservasi dan digitalisasi lontar milik keluarga besar Bendesa Kubayan Batur di Desa Adat Batut, Kintamani, Bangli. (Balinesia.id)

Bangli, Balinesia.id - Satu cakep lontar milik keluarga besar Bendesa Kubayan Batur di Desa Adat Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dikonservasi Unit Lontar Universitas Udayana (ULU) pada Kamis, 23 November 2023. Lontar berjumlah 18 cakep itu pun tampak dalam kondisi rusak ringan akibat termakan usia.

Lontar yang berisi penjelasan sejarah keluarga (babad) sebelumnya disimpan di Pura Bendesa Kubayan Batur yang letaknya di timur laut Pura Ulun Danu Batur. Lantaran pura tersebut sedang direnovasi, untuk sementara lontar disimpan di salah satu merajan.

Sekretaris ULU, Putu Eka Guna Yasa yang terjun langsung memimpin giat konservasi menjelaskan lontar tersebut terdiri atas 18 lembar dan dua buah sampul (depan-belakang). Masing-masing sampul berupa dua buah lontar yang disatukan. Dari 18 lembar tersebut, 17 lembar di antaranya menjelaskan narasi tentang sejarah keluarga sedangkan selembar lainnya berisi rerajahan kajang (gambar sakral untuk kematian).

Baca Juga: Berbasis Sastra Jawa Kuna, Tiga Film Didiskusikan di FIB Unud

"Kerusakan terjadi akibat faktor usia, di samping kondisi cuaca yang lembab dan penanganan yang tidak tepat oleh pemilik," kata dosen Prodi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana ini.

Ia menerangkan, kerusakan ditemukan pada bagian depan lontar. Meskipun sampul depan dibuat dari penyatuan dua buah lontar, tetapi sampul itu tampak aus dan patah menjadi dia bagian. Bahkan ada bagian yang hilang. Selanjutnya, kerusakan terjadi pada halaman pertama yang mengalami aus dan patah menjadi tiga bagian, serta halaman tiga yang mengalami aus dan patah menjadi dua bagian. Selain itu ada beberapa lembar lain juga mengalami aus.

"Beruntung setelah kami coba identifikasi, aksaranya masih relatif bisa terbaca, sehingga untuk penyikapan lebih jauh, seperti pembacaan dan pengkajian bisa dilakukan," katanya.

Setelah menangangi naskah yang lapuk, pihaknya kemudian melakukan perawatan dengan mengoleskan cairan khusus. Digitalisasi juga dilakukan untuk menyelamatkan lontar. "Kami kemudian membersihkan naskah tersebut dengan cairan minyak sereh dan arang kemiri. Selain itu, sesuai permintaan pemilik lontar kami juga melakukan digitalisasi," kata dia.

Baca Juga: Kisah Arul Mitra Gojek Difabel Bali hingga Sandang Gelar Driver Jempolan

Panglingsir Warga Bandesa Kubayan Batur, Guru Wayan Kridit, mengatakan lontar tersebut adalah warisan pustaka keluarga besarnya. Ia mengatakan Bendesa Kubayan Batur merupakan salah satu keluarga (klan) yang ada di Desa Adat Batur, di mana leluhurnya terdahulu pernah menjabat sebagai kubayan, yakni pemimpin desa di era Bali Kuna. Kubayan sendiri sepadan dengan kepala desa atau bendesa pada konteks hari ini.

"Saat ini warga kami berjumlah 113 kepala keluarga. Selain itu, juga ada yang berada di luar Desa Adat Batur, dibuktikan dengan beberapa orang yang sempat datang ke kami karena petunjuk spiritual dan menyatakan bahwa mereka berasal dari Batur (keluarga kami, red)," kata dia.

Terkait keberadaan lontar, pihaknya mengaku lontar tersebut memang sangat disakralkan. Lontar hanya diturunkan ketika ada upacara-upacara tertentu. "Oleh karena itulah sekarang yang kebetulan kami sedang melakukan renovasi pura, kami meminta bantuan dari ULU untuk turun meneliti, konservasi, dan medokumentasikannya. Harapannya, nanti informasi yang tersurat di lontar bisa kami pelajari untuk masa depan. Selain itu juga untuk melindungi warisan leluhur kami ini," katanya.

Pada kesempatan itu ia juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi ULU dalam merawat warisan keluarga. "Terima kasih pada Universitas Udayana. Ke depan program seperti ini harus terus dilanjutkan agar warisan budaya kita tetap lestari," kata dia. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories