Berbasis Sastra Jawa Kuna, Tiga Film Didiskusikan di FIB Unud

Kegiatan nonton bareng dan diskusi film di FIB Unud. (Balinesia.id/ist)

Denpasar, Balinesia.id – Puluhan mahasiswa Program Studi Sastra Jawa Kuna melaksanakan kegiatan nonton bareng dan diskusi film di kampus setempat, Denpasar, Rabu, 8 November 2023. Kegiatan yang diberi nama Cāyārupa (Gelar Film Berbasis Sastra Jawa Kuna) merupakan satu dari enam kegiatan Pekan Sastra Jawa Kuna.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pekan Sastra Jawa Kuna dilaksanakan serangkaian HUT ke-65 Program Studi Sastra Jawa Kuna Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dan HUT ke-13 Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Jawa Kuna (Himawan) yang akan dirayakan pada Jumat, 10 November 2023 pekan ini. 

Gelar film menjadi kegiatan yang sejalan dengan tema besar yang diusung panitia kegiatan yakni “Sastra Nitya Rupa: Sastra Jawa Kuna Melintasi Ruang dan Masa”. Film dinilai sebagai salah satu alih wahana yang efisien mewariskan nilai-nilai dalam karya sastra Jawa Kuna.

Baca Juga:

Koordinator Program Studi Sastra Jawa Kuna, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum, mengatakan bahwa pada HUT tahun ini pihaknya menggelar sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan Tri Darma Perguruan Tinggi dan sejalan dengan upaya pelestarian dan pengembangan sastra Jawa Kuna. Semua kegiatan dikemas dalam program bertajuk Pekan Jawa Kuna.

“Pekan Jawa Kuna merupakan agenda penting yang patut dan layak dilaksanakan oleh civitas prodi sastra Jawa Kuna atau mahasiswa sendiri. Kegiatan-kegiatan seperti pemutaran film, konservasi lontar, bincang alih wahana, dan seminar nasional adalah bagian integral dalam HUT Sastra Jawa Kuna dan Himawan sebagai wujud refleksi diri sejauh mana melangkah, melestarikan, dan mewariskan sastra Jawa Kuna untuk generasi ke depan,” katanya.

Baca Juga:

Ketua HUT ke-65 Prodi Sastra Jawa Kuna, I Ketut Eriadi Ariana, S.S., M.Hum., menambahkan bahwa tahun ini pihaknya mengambil tema “Sastra Nitya Rupa: Sastra Jawa Kuna Melintasi Ruang dan Masa”. Tema ini dihadirkan sebagai pijakan upaya mengalihwahanakan sastra Jawa Kuna ke ruang-ruang modern dan populer.

“Sastra Jawa Kuna mengandung nilai-nilai budaya yang adiluhung. Nilai-nilai ini perlu terus dirawat, dimasyarakatkan, dan diwariskan untuk generasi yang akan datang. Salah satunya melalui film yang dapat dinikmati oleh kalangan muda, maka dari itulah kami mendorong upaya alih wahana ke arah itu,” kata dia.

 

Dari Praktik Agraris hingga Dokumentasi Penciptaan Sastra Kakawin

Ketiga film yang digelar dalam Cāyārupa (Gelar Film Berbasis Sastra Jawa Kuna) menghadirkan perspektif yang beragam dengan sumber wacana dari sastra Jawa Kuna. Ada film yang menceritakan proses ritual agraris di Bali, bentuk wayang sinema, dan dokumentasi proses penciptaan kakawin (puisi Jawa Kuna) pada era kekinian. Ketiga film tersebut adalah film “Moot Emping” karya I Komang Rangga Adi Kusuma, “Ambassador The Peace” karya I Made Rival Raynata Astika, dan “Kawi Sastra: Kakawin Abad XXI” karya I Putu Gede Wahyu Hermawan, dkk.

Rangga Adi Kusuma mengatakan bahwa film yang ia sajikan merupakan bentuk respons terhadap ritual moot emping yang eksis di Desa Selat, Susut, Bangli. Film ini menggambarkan pola konstruksi masyarakat agraris dalam mengelola sumber daya persawahan, salah satunya dengan jalan ritual.

“Film dokumenter ini didasarkan pada riset tentang subak, mulai dari prasasti-prasasti Bali dan lontar-lontar. Salah satu lontar yang menjadi rujukan adalah Rajapurana Pura Ulun Danu Batur yang menjelaskan relasi antara subak-subak di Selat dengan Pura Ulun Danu Batur di Kintamani,” kata mahasiswa ISI Denpasar ini.

Baca Juga:

Selanjutnya, film “Ambassador The Peace” merupakan garapan berupa wayang sinema yang mengambil lakon dari narasi sastra Jawa Kuna, tepatnya Kakawin Kresnaduta. Selayaknya wayang sinema pada umumnya, film tersebut menghadirkan lakon seperti layaknya sebuah pementasan wayang, tetapi diberi sentuhan artistik seni. 

Film ini didasarkan pada Kakawin Kresnaduta yang menceritakan ketika Kresna mengambil peran sebagai duta perdamaian untuk mendamaikan Pandawa dan Kurawa,” kata I Made Sabda Wiguna, salah satu tim produksi yang mewakili Rival Raynata.

Baca Juga:

Salah satu tim produksi film “Kawi Sastra: Kakawin Abad XXI”, I Gusti Putu Weda Adi Wangsa, mengatakan bahwa film dokumenter yang mereka garap memang berupaya menampilkan eksistensi penciptaan karya sastra kakawin di abad ini. Film ini digarap oleh mahasiswa Program Studi Sastra Jawa Kuna (Himawan) yang saat ini tengah duduk di semester III. Film ini pun tengah dilombakan pada sebuah ajang lomba film.

“Film ini adalah bentuk dokumentasi kami terhadap eksistensi penulisan kakawin di abad ini. Film ini juga menjadi salah satu bentuk model alih wahana dari sastra Jawa Kuna sesuai dengan tema HUT yang diusung tahun ini,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories