Upacara Balik Sumpah Digelar Desa Adat Batur Pasca-bule Tewas di Puncak Gunung

Pelaksanaan upacara rsigana di Gunung Batur. (Balinesia.id/jpd)

Bangli, Balinesia.id – Masyarakat Desa Adat Batur menggelar upacara caru balik sumpah di Gunung Batur pasca-tewasnya seorang bule di puncak Gunung Batur, 8 Mei 2022 lalu. Upacara dilakukan bertepatan dengan Tilem Nampih Jiestha, 30 Mei 2022 dari areal parkir Pura Pasar Agung Batur.

Pamucuk Desa Adat Batur yang juga Pangemong Pura Ulun Danu Batur, Jero Gede Batur Duhuran, kepada awak media menyatakan bahwa upacara yang digelar pihaknya berupaya untuk membersihkan kembali Gunung Batur dari kekotoran atau kacuntakan. Menurut tradisi mereka, Gunung Batur merupakan gunung suci, dan kematian di arealnya dipandang dapat mencemari kesucian kawasan tersebut.

Upacara caru balik sumpah itu dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Putra Darma Daksa dari Griya Agung Lingga Acala Banjar Calo, Tegallang, Gianyar. Selain dihadiri krama desa adat, turut hadir perwakilan Pemerintah Kabupaten Bangli, PHDI Bangli, Camat Kintamani, Polsek Kintamani, Koramil 1626-04/Kintamani, BKSDA Bali, termasuk perwakilan Perhimpunan Pramuwisata Pendakian Gunung Batur (P3GB). Setelah upacara usai, tirtha atau air suci itu kemudian dibawa menuju ke puncak Gunung Batur untuk dipercikan di sana.

“Kami mengadakan upacara balik sumpah karena kami meyakini Gunung Batur sebagai lingga Ida Bhatari Batur. Semoga acara yang kami adakan bersama Pemerintah Kabupaten Bangli, Tripica Kecamatan Kintamani, dan instansi lain,serta perkumpulan pendaki gunung dapat berjalan baik dan tidak ada lagi kejadian seperti ini,” kata Jero Gede.

Baca Juga:

Mengingat peristiwa seperti itu tidak hanya terjadi sekali, Jero Gede mengajak seluruh elemen masyarakat dapat bersama-sama menjaga kawasan Kaldera Batur. Pihaknya menyadari, pariwisata telah hadir memberi harapan secara ekonomi bagi masyarakat setempat. Namun, peluang itu jangan hanya dimanfaatkan untuk tujuan sesaat. Upaya berkelanjutan wajib ditempuh ke depan untuk membangun citra pariwisata yang baik.

Pihaknya mengimbau bagi siapa pun yang berwisata ke kawasan Batur untuk tetap mematuhi tata krama yang berlaku dan dinjunjung oleh masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat sangat dilarang melakukan pendakian apabila tengah dalam kondisi cuntaka, baik karena kematian kerabat maupun menstruasi.

“Kami mengimbau agar tempat-tempat yang tidak boleh dimasuki, agar tidak dimasuki (oleh wisatawan). Yang perempuan cuntaka (menstruasi, red) agar tidak naik. Kejadian-kejadian yang sudah berlalu semoga tidak lagi terjadi. Semoga pariwisata tetap bisa berjalan, namun kesucian dan kelestarian Gunung Batur juga tetap terjaga,” harapnya.

Sementara itu, petugas penjaga Resort TWA Gunung Batur Bukit Payang, Wayan Sudana mengatakan pandangan yang tidak jauh berbeda. Pihaknya menegaskan bahwa secara aturan, sampai saat ini BKSDA Bali masih menutup aktivitas pendakian Gunung Batur. Lebih rinci, ia mengatakan bahwa pendakian Gunung Batur ditutup sejak 23 Maret 2020 dan sampai saat ini belum ada keputusan untuk membuka kembali.

Dengan demikian, pihaknya mengatakan bahwa pendakian yang banyak dilakukan selama kurun waktu belakangan adalah pendakian ilegal. Pihaknya pun mengaku kerepotan untuk melakukan monitoring di seluruh kawasan, mengingat kawasan yang luas dan minimnya jumlah petugas di lapangan. 

“Yang mendaki menerobos-menerobos, kita sudah pasang spanduk larangan agar tidak mendaki, namun warga dan wisatawan domestik ini banyak yang mendaki (ilegal),” kata Sudana.

Ia mengatakan saat ini untuk memonitor kawasan seluas itu hanya ada 4 orang yang bertugas di bawah, dan seorang lagi berjaga di Penelokan. Sedangkan, dari sisi jalur pendakian, pihaknya mengatakan bahwa sampai saat ini hanya ada dua jalur pendakian yang legal, yakni jalur melalui P3GB (Pura Pasar Agung Batur) dan jalur dari Toya Bungkah. Namun, faktanya, di lapangan banyak sekali ditemukan jalur lain untuk menuju puncak Gunung Batur, misalnya melalui Toya Mampeh dan Culali.

“Ke depan di kawasan Gunung Batur nanti akan ada personel gabungan dari unsur BKSDA, Polsek, dan Koramil, juga dari P3GB. Kita akan jaga dari pagi di titik-titik pendakian yang kita lakukan. Itu akan dilakukan setelah kamu buka secara resmi yang nanti akan dilakukan oleh Kepala Balai,” katanya.

Sudana berharap seluruh masyarakat atau wisatawan yang melakukan aktivitas di kawasan Kaldera Batur, khususnya di Gunung Batur dapat secara sadar untuk bersama-sama menjaga alam. Mengingat, selain sebagai kawasan konservasi, kawasan tersebut juga bernilai kultural bagi masyarakat di sekitarnya.

“Kami sudah ada tanda-tanda larangan dan imbauan. Sementara (saat ini) kita kan tidak tahu, jika kejadian di atas kita juga yang repot. Imbauan secara lisan juga ada. Kami juga imbau agar pendaki tidak buang sampah, jangan merokok, dan buat api unggun,” kata dia. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories