Uniknya Tradisi Madunungan Masyarakat Batur Selama Pujawali di Pura Jati

Potret dunungan-dunungan yang dibangun di sekitar Pura Jati selama pujawali Pura Jati Desa Adat Batur. (Balinesia.id/oka)

Bangli, Balinesia.id - Pujawali di Pura Jati menjadi salah satu pujawali khas dari rangkaian ritual yang diwarisi masyarakat Batur. Selain melakoni tradisi berjalan kaki mengusung pralingga Ida Bhatara dari Pura Ulun Danu Batur ke Pura Jati, masyarakat juga menggelar tradisi madunungan atau berkemah selama upacara berlangsung.

Setelah sempat tidak dilaksanakan selama dua tahun karena pandemi Covid-19, tradisi madunungan pun kembali digelar pada pujawali Pura Jati 2022. Ribuan masyarakat menempati kembali tenda-tenda dan bangunan semi permanen yang mereka miliki sejak H-7 puncak upacara yang jatuh pada 11 Juli 2022.

Baca Juga:

Tenda-tenda atau bangunan semi permanen yang dikenal sebagai dunungan itu akan ditempati selama tiga hari upacara digelar. Tradisi madunungan sejatinya merupakan bentuk lain  dari proses "ngemit" atau menjaga pralingga Ida Bhatara. Jarak Pura Jati dan Desa Adat Batur relatif jauh, sekitar 9.8 km. Oleh karena itu, masyarakat membuat dunungan-dunungam sebagai tempat tinggal sementara selama pujawali.

Tradisi medunungan tahun 2022 dilaksanakan juga berdasarkan pararem adat. Dalam rapat yang digelar seminggu sebelum upacara, dengan mempertimbangkan segala situasi, krama Batur memutuskan kembali melakukan tradisi yang sangat unik itu.

"Berdasarkan pararem desa adat dengan mempertimbangkan situasi, kami melaksanakan upacara secara normal selama tiga hari. Meski demikian, prajuru juga tetap memperhatikan hal-hal yang baik dan menjadi pelajaran selama pandemi Covid-19, misalnya dengan penjadwalan krama untuk sembahyang agar tidak terlalu ramai di puncak upacara, termasuk menyarankan tetap memakai masker, "Kata Pangemong Pura Ulun Danu Batur, Jero Gede Batur Duhuran, Sabtu, 9 Juli 2022.

Kembalinya tradisi madunungan pun disambut baik oleh masyarakat. Kegiatan madunungan yang dilaksanakan umumnya dapat menjadi momentum antar anggota keluarga untuk berkumpul. Biasanya dunungan-dunungan itu dibuat oleh keluarga-keluarga besar.

"Selama Covid-19 dari 2019 sudah tiga kali, saya tidak mekemit dan membuat dunungan. Tapi saat itu upacara masih berlangsung dengan pembatasan kegiatan masyarakat yang sangat ketat. Selain itu juga ada imbauan dari desa untuk tidak membuat dunungan," kata Nengah Kilo saat di temui di dunungannya.

Madunungan oleh masyarakat adat Batur, sudah disiapkan oleh masyarakat sebelum pelaksanaan pujawali di Pura Jati. Biasanya dunungan di dibangun oleh masyarakat menggunakan bambu dan terpal, namun sekarang perkembangan dunungan semakin modern dan dibuat senyaman mungkin.

Salah seorang warga, Ketut Kurniawan menceritakan jika dahulu dunungan dibuat sangat sederhana, bahkan hanya menggunakan terpal atau kampil. "Sekarang dunungan semakin berkembang ada yang sudah dibangun setengah jadi atau bahkan sudah ada yang berbentuk rumah, tapi masih ada yang menggunakan bambu dan terpal," katanya.

Selain itu tradisi medunungan juga sangat ditungu-tunggu oleh anak-anak desa adat Batur. Pantauan Balinesia.id di lokasi banyak anak yang sangat bersemangat saat kembali dilaksanakannya tradisi medunungan itu. "Mereka sangat senang ketika tidur di dunungan walaupun tidak senyaman di rumah. Bahkan saya diminta untuk madunungan lebih lama," kata Kadek Ayu Indah Sari. oka/jpd

Editor: E. Ariana
Tags tradisiBangliBagikan

Related Stories