Tumpek Wariga, Pementasan Pemuliaan Danau Akan Digelar di Danau Batur

Gladi resik pementasan "Nuwur Kukuwung Ranu" garapan kolaborasi Yayasan Puri Kauhan Ubud dan ISI Denpasar. (Balinesia.id)

Bangli, Balinesia.id - Pagelaran seni bertajuk "Nuwur Kukuwung Ranu" akan dipentaskan di Pura Sagara Danu Batur, Desa Adat Batur, Kintamani pada Tumpek Wariga, Sabtu, 14 Mei 2022. Pentas disajikan Yayasan Puri Kauhan Ubud bekerja sama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar serangkaian Sastra Saraswati Sewana 2022 “Toya Uriping Bhuwana Usadhaning Sangaskara”.

Pementasan “Nuwur Kukuwung Ranu” adalah program pamungkas gerakan konservasi lingkungan di hulu Tukad Oos. Pementasannya pun dipilih bertepatan dengan momentum Tumpek Wariga atau Tumpek Uduh yang juga purwani (sehari sebelum purnama) Sasih Nampih Desta (Waisaka). Seperti diketahui, menurut tradisi Bali, Tumpek Wariga dimaknai sebagai hari pemuliaan tumbuh-tumbuhan. Spirit itu sejalan dengan program Yayasan Puri Kauhan Ubud yang melakukan gerakan penyadaran lingkungan di hulu.

Baca Juga:

Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana dalam gladi resik pementasan, Jumat, 13 Mei 2022, mengatakan bahwa pentas “Nuwur Kukuwung Ranu” sebagai satu langkah edukatif yang dihadirkan untuk menggugah kesadaran kolektif manusia dalam menjaga lingkungan, khususnya pelestarian air. Pentas itu pun rencananya akan dihadiri dua menteri Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga S. Uno.

"Pagelaran 'Nuwur Kukuwung Ranu' adalah jalan penghormatan dan pemuliaan atas keindahan Danau Batur yang menghidupi Pulau Bali," katanua.

Menurutnya, hari ini lingkungan tengah menghadapi isu krisis lingkungan hidup. Dinamika zaman telah memunculkan berbagai persoalan terhadap eksistensi air di muka bumi. “Krisis air semakin nyata terjadi, termasuk di Pulau Bali yang sejatinya cukup beruntung karena memiliki empat buah danau alami, memperhatikan berbagai persoalan itulah, Yayasan Puri Kauhan Ubud memandang perlu dilakukan upaya konservasi air yang komprehensif,” kata dia.

Secara jangka pendek, aksi kolektif untuk penanaman pohon dan perlindungan mata air dari berbagai pencemaran wajib dilakukan secara masif. Gerakan ini harus saling memperkuat dengan penggunaan instrumen regulatif dan penerapan law enforcement secara konsisten untuk melindungi, menyelamatkan, dan mengkonservasi lingkungan. Namun, untuk jangka panjang ia menyebut perlu dibangun gerakan literasi dan edukatif yang bisa menyentuh ruang kesadaran manusia Bali.

“Danau adalah elemen penting dari enam elemen alam utama yang wajib dimuliakan manusia Bali, pertunjukan bernuansa ekologis yang kental ini terlahir dari ruang pemaknaan atas keistimewaan Danau Batur yang dalam konteks peradaban Bali yang disebut sebagai hulu dari sumber mata air Pulau Dewata,” kata dia.

Ari Dwipayana yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden RI mengajak seluruh masyarakat dan pecinta seni untuk ikut menyaksikan “Nuwur Kukuwung Ranu” ini melalui siaran langsung dari kanal YouTube Puri Kauhan Ubud TV mulai pukul 16.00 WITA. Tak hanya pementasan seni, mulai tanggal 13 Mei 2022 juga ada pameran program pelestarian Danau Batur, sedangkan pada hari pementasan seni juga ada penampilan live painting dari 7 orang pelukis kenamaan, yakni Made Sumadiyasa, Made Wiradana, Wayan Karja, Putu Sutawijaya, Wayan Sujana Suklu, Wayan Setem, Wayan “Kun” Adnyana. Seniman, Ayu Laksmi juga dijadwal tpil live dalam kegiatan tersebut.

Sementara itu, Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan “Kun” Adnyana mengatakan konsep "Nuwur Kukuwung Ranu" memiliki makna yang sangat simbolis. Nuwur berarti ‘mendatangkan’ atau ‘menjemput’, terutama merujuk makna mendatangkan tokoh yang dihormati. Selanjutnya, kata kukuwung berasal dari kata kuwung-kuwung dalam bahasa Jawa Kuno yang berarti pelangi. Dalam ranah pementasan tersebut, kukuwung dimaknai sebagai momen awan yang indah bak pelangi yang membiaskan sinarnya di atas air jernih Danau Batur pada saat bulan purnama; sedangkan Ranu berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya ‘danau’

“Pementasan Nuwur Kukuwung Ranu berupaya menerjemahkan dan memberi gambaran ritus tradisi Batur dan seputaran Bangli, khususnya perihal ritus dan simbol spiritual yang berkaitan dengan pemuliaan sumber mata air dan usaha menjaga keindahan Danau Batur,” katanya.

Lebih lanjut Prof. Kun menjelaskan kelahiran pementasan ini beranjak dari diskusi-diskusi intens yang dilakukan penyaji dengan tokoh dan tetua desa yang memahami peradaban Batur dalam berbagai perspektif. Melalui ruang diskusi itu, pentas yang disajikan bukan saja mengedepankan estetika, tapi juga telah mendapatkan konfirmasi dari masyarakat terkait kepatutan dan kepantasan garapan. jpd/oka

Editor: E. Ariana

Related Stories