RUPS Korporasi Perbankan Berlomba Membagikan Dividen

Pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menutup tahun 2023 dengan membubarkan 7 Badan Usaha Milik negara (BUMN). (Ist)

Pada bulan Maret 2024, beberapa korporasi perbankan "papan atas"  akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Bank-bank besar di Indonesia yang akan segera menggelar RUPST tersebut di antaranya, PT Bank Central Asia Tbk. (Kode BEI: BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI). 

Sejumlah agenda RUPS mulai mengemuka, selain evaluasi kinerja dewan manajemen atas pencapaian laba tahunan, juga terdapat keputusan pembagian dividen kepada para pemegang saham.

PT. (Persero) Bank Rakyat Indonesia Tbk. salah satu korporasi perbankan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mendahului RUPST pada Hari Jum'at 1 Maret 2024. Keputusan RUPS BRI yang monumental adalah pembagian dividen sebesar 80 persen dari laba Rp60,4 triliun kepada para pemegang saham, termasuk ke kas negara melalui rekening umum sejumlah Rp25,71 triliun (56,75% kepemilikan saham). 

Sedangkan, sisanya sejumlah Rp22,39 triliun dibagikan ke pemegang saham publik (43,25% kepemilikan saham). Capaian laba bersih BRI tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 17,54% secara tahunan dibanding perolehan tahun 2022 yang sejumlah Rp51,40 triliun.

Sinyal cerah dan terang soal pembagian dividen dalam.RUPST ini juga datang dari BUMN BNI. Mengacu pada publikasi Ciptadana Sekuritas, bahwa BNI membuka ruang untuk rasio pembayaran dividen cukup tinggi, yaitu sebesar 50% dari laba bersih. 

Hal ini dimungkinkan karena CAR BNI dalam keadaan sehat dan berada pada tingkat kecukupan sebesar 19% pada kuartal II/2023 dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio 20-30%). Rencana pembagian dividen ini juga diperkuat oleh pernyataan Direktur Human Capital & Compliance BNI Mucharom, bahwa BNI masih berupaya untuk memberikan imbal hasil yang optimal bagi pemegang sahamnya tahun 2023. 

Rasio kecukupan permodalan yang cukup tinggi menurutnya juga memberikan BNI kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ekspansi bisnis dan investasi BNI Group, serta ruang untuk pembagian dividen yang atraktif.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi periode 2023, BNI berhasil mencatatkan laba bersih sejumlah Rp21,11 triliun atau meningkat sebesar 14,2% dibanding laba bersih tahun 2022 yang sejumlah Rp18,48 triliun atau naik sejumlah Rp2,63 triliun. Kalau keputusan pembagian dividen 50 persen atas laba bersih diambil dalam RUPST, maka yang akan dibagikan ke para pemegang saham adalah sejumlah Rp10,56 triliun. 

Sebagaimana halnya BUMN BRI, komposisi pemegang saham BNI juga tidak 100 persen lagi milik negara. Hal ini terjadi setelah adanya kebijakan pemecahbagikan (stock split) saham negara kepada publik melalui penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) pada 10 Nopember 2003 sebesar 40 persen. Artinya, dividen dari BNI yang akan diterima oleh kas negara melalui rekening umum adalah sejumlah Rp6,34 triliun. Dan, sebesar 40%-nya setara dengan jumlah Rp4,22 dibagikan ke pemegang saham publik.

BUMN perbankan lainnya, yaitu Bank Mandiri selama periode 2023 berhasil membukukan laba bersih konsolidasi sejumlah  Rp 55,06 triliun atau meningkat menjadi 33,7% secara tahunan sepanjang 2023. Yangmana selama periode 2022 laba bersih konsolidasi berhasil dibukukan sejumlah Rp41,2 triliun atau terdapat selisih kenaikan sejumlah Rp14,14 triliun. 

Capaian laba ini juga ditunjang oleh pendapatan bunga bersih yang tumbuh 9,08% secara tahunan (yoy) sejumlah Rp 9,89 triliun. Bahkan, menurut Drektur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, perolehan laba bersih tahun 2023 adalah capaian kinerja keuangan korporasi yang terbesar sepanjang sejarah sejak perusahaan didirikan 25 tahun lalu.

Jika RUPS BUMN Mandiri juga memutuskan akan membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, maka hak negara hanya sebesar 52 persen saja. Sementara, 48 persen sisa dividen lainnya akan diberikan kepada pemegang saham publik yang tercatat di pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) saat IPO pada tanggal 14 Juli 2003. 

Jika RUPST Bank Mandiri memutuskan 80 persen dari laba bersih, yaitu sejumlah Rp44,08 triliun dibagikan dividennya kepada para pemegang saham. Maka, komposisi pembagian dividen yang akan diterima masing-masingnya adalah Rp22,92 masuk ke rekening umum kas negara dan Rp21,16 triliun ke pemegang saham publik.

Sementara itu, Bank Central Asia (BCA) sebagai bank swasta terbesar di Indonesia rencananya akan melaksanakan RUPST pada tanggal 14 Maret 2024 bertempat di Menara BCA, Grand Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 1 Jakarta. Korporasi perbankan milik keluarga taipan Hartono ini berhasil mencatatkan laba bersih konsolidasi sejumlah Rp48,6 triliun pada periode 2023. Jumlah laba bersih BCA tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 19,4% dibandingkan dengan capaian tahun 2022 yang sejumlah Rp40,7 triliun. 

Namun, capaian laba bersih BCA tahun 2023 tersebut peningkatannya lebih rendah dibanding capaian tahun 2022 yang meningkat sebesar 29,6% dibanding tahun 2021 secara tahunan yangmana sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam lima (5) tahun terakhir kinerjanya.

Atas kinerja korporasi perbankan nasional terbesar ini, dapat disimpulkan bahwa perekonomian Indonesia, khususnya sektor keuangan dan perbankan mengalami pertumbuhan yang positif. Tidak ada ruang bagi munculnya krisis keuangan apalagi krisis ekonomi seperti yang diramalkan lembaga lender internasional (WB dan IMF) yang juga diaminkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI). 

Oleh karena itu, publik Indonesia patut bersyukur dan berterima kasih kepada jajaran Direksi lembaga perbankan yang telah menunjukkan kinerjanya secara profesional sehingga menyehatkan dan mensejahterakan para pemegang saham. Semoga kinerja keuangan itu juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk mensejahterahkan seluruh rakyat Indonesia. * 

* Defiyan Cori, Ekonom Konstitusi, alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta


Related Stories