Reuters Sebut Masyarakat Masih Skeptis Terhadap Konten Berita yang Dibuat AI

Reuters Sebut Masyarakat Masih Skeptis Terhadap Konten Berita yang Dibuat AI (Medium)

JAKARTA - Tak dapat dipungkiri perkembangan teknologi seperti adanya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kini semakin pesat. Bahkan, AI kini semakin sering dilibatkan dalam pekerjaan sehari-hari, termasuk untuk memberikan saran ide membuat konten atau teks.

Seperti yang dilansir dari Gizchina, Reuters Institute for the Study of Journalism baru saja merilis Digital News Report tahunannya yang menyoroti meningkatnya kekhawatiran global tentang penerapan kecerdasan buatan dalam produksi berita dan penyebaran misinformasi.

Laporan tersebut dibuat berdasarkan survei yang dilakukan terhadap hampir 100.000 orang di 47 negara dan wilayah serta menyoroti tantangan yang dihadapi ruang redaksi di saat sekarang yang semakin didominasi oleh teknologi digital.

Meningkatnya Kekhawatiran AI Memproduksi Berita

Kecerdasan buatan seperti yang Anda ketahui kini telah dilengkapi terobosan teknologi terbaru yang dapat ‘mengambil alih’ berbagai pekerjaan termasuk soal jurnalistik. Kecerdasan buatan dapat memudahkan Anda mengotomatiskan tugas pelaporan rutin hingga menghasilkan keseluruhan artikel. Bahkan, AI juga menawarkan janji peningkatan efisiensi dan penghematan biaya.

Namun ternyata kemajuan teknologi tersebut justru tetap hadir dengan serangkaian tantangannya sendiri, khususnya seputar kepercayaan dan keandalan konten yang dihasilkan oleh AI.

Digital News Report yang dirilis Reuter tersebut mengungkapkan bahwa tingkat skeptisisme masih tinggi di kalangan konsumen terkait berita yang dihasilkan oleh AI. Di Inggris sendiri, angka tersebut bahkan meningkat menjadi 63%. Sikap skeptis ini menyoroti masalah mendasar, meski AI mampu meningkatkan efisiensi produksi berita, AI juga menimbulkan pertanyaan tentang keaslian dan kepercayaan konten.

Kekhawatiran Masyarakat Terhadap Berita yang Diproduksi AI

Kekhawatiran Mengenai Misinformasi

Salah satu temuan utama dari laporan Reuters tersebut menyebutkan bahwa meningkatnya kekhawatiran tentang berita palsu. Tahun ini bahkan ada 59% responden yang menyatakan khawatir soal konten berita palsu di media sosia, yang meningkat 3 poin persentase dari tahun lalu.

Selain itu, maraknya misinformasi juga turut menjadi masalah signifikan yang dapat merusak kepercayaan publik terhadap media. AI dengan potensi yang dimilikinya untuk menghasilkan konten dalam jumlah banyak dan cepat justru dapat memperburuk masalah tersebut jika tidak dikelola dengan tepat.

Peran AI dalam Jurnalisme

Meski masih ada skeptisisme, ada pengakuan bahwa AI tetap memiliki peran yang penting untuk jurnalisme. Banyak responden survei yang merasa lebih nyaman menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi kerja jurnalis di balik layar daripada harus membuat konten secara langsung.

Alat-alat AI dapat digunakan untuk menganalisis data, pengecekan fakta, dan mengerjakan tugas-tugas lain yang dapat meningkatkan kualitas pelaporan berita secara keseluruhan.

Kuncinya adalah memastikan bahwa AI digunakan sebagai alat untuk mendukung jurnalis manusia, dan bukan untuk menggantikan mereka.

Tantangan Jurnalis untuk Bersaing dengan AI

1. Berjuang untuk Menarik Perhatian Pembaca

Para jurnalis yang tergabung dalam redaksi di berbagai daerah di seluruh dunia kini tengah berjuang menghadapi tantangan untuk menarik dan mempertahankan audiens dalam dunia digital yang semakin kompetitif.

Selain itu, organisasi atau perusahaan media juga harus menemukan keseimbangan antara memanfaatkan AI dan menjaga kepercayaan serta kredibilitas yang penting untuk menjalin hubungan dengan audiens.

2. Memastikan Keandalan Konten

Untuk mengatasi masalah berita yang dihasilkan oleh AI, ruang redaksi penting untuk memprioritaskan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan AI. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan label yang jelas pada konten yang dibuat oleh AI, penerapan prosedur pengecekan fakta yang kuat serta mempertahankan peran pengawasan manusia dalam proses editorial. 

Dengan melakukan langkah-langkah di atas, organisasi berita tetap dapat membantu memastikan bahwa konten yang mereka produksi tetap andal dan dapat dipercaya.

Justina Nur Landhiani

Justina Nur Landhiani

Lihat semua artikel

Related Stories