Mencari Titik Terang Jejak Leluhur, Warga Badeg “Serahkan” Lontar ke ULU

Diseminasi Alih Aksara dan Alih Bahasa Babad Badeg di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. (Balinesia.id/jpd)

Denpasar, Balinesia.id – Warga Dadia Taman, Desa Adat Badeg Tengah, Sebudi, Karangasem berupaya mencari titik terang jejak leluhur dengan “menyerahkan” naskah-naskah sakralnya kepada Unit Lontar Universitas Udayana (ULU). Naskah-naskah tersebut diserahkan untuk dikaji oleh para ahli lontar di institusi tersebut.

Setelah dibaca secara seksama, para pakar lontar pun berhasil mengidentifikasi empat naskah milik Dadia Taman Badeg. Tiga buah naskah berbentuk lontar sedangkan satu lainnya berupa lempeng tembaga. Satu dengan yang lainnya pun memiliki kemiripian yang membicarakan tentang sejarah warga Pasek Badeg, sehingga naskah tersebut diberi judul sebagai Babad Badeg. Karena ada tiga naskah lontar, ketiga naskah itupun diklasifikasi dengan kode A, B, dan C.

“Setelah kami cermati, keempat naskah itu memiliki kemiripan isi, namun setelah kami pertimbangkan, kami kemudian memilih untuk menggunakan naskah berkode B sebagai kajian utama, karena paling lengkap,” kata Putu Eka Guna Yasa, akademisi Sastra Bali Universitas Udayana dalam kegiatan Diseminasi Alih Aksara dan Alih Bahasa Babad Badeg di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Jumat, 30 September 2022.

Baca Juga:

Guna Yasa menjelaskan naskah Babad Badeg B menjelaskan silsilah keluarga Pasek Badeg. Penelusuran istilah itulah yang mendorong warga Dadia Taman Badeg untuk melakukan pembacaan pada warisan mereka yang berharga.

“Naskah Badeg B diawali Bhisama Hyang Mahadewa kepada warga asal Majapahit yang pindah ke Bali untuk mengelola Bali seperti tata kelola di Majapahit dahulu. Kisah kemudian dilanjutkan dengan penaklukan Bali yang kala itu dipimpin oleh Raja Bedanawa oleh dewa bersama laskar Majapahit. Setelah itu menjelaskan silsilah Pasek Badeg,” katanya.

Sebelumnya, staf ULU, IB Anom Wisnu Pujana menjelaskan pihaknya telah bersentuhan dengan naskah ini selama delapan bulan terakhir. Sebelum melakukan pembacaan dan alih aksara, pihaknya terlebih dahulu telah melakukan konservasi atau perawatan terhadap naskah lontar tersebut.

“Naskah lontar B yang kami temui kondisinya cukup baik, sedangkan naskah lontar A dan C memiliki sejumlah kerusakan. Lempengan tembaga yang kami temukan kondisinya juga tidak terlalu baik, di mana goresnnya cukup tipis,” jelasnya.

Naskah Babad Badeg B disebutnya memiliki ketebalan 14 lempir dang menggunakan bahasa Kawi-Bali, yakni bahasa yang merupakan campuran bahasa Jawa Kuno dan Bali. Pada naskah tersebut juga ditemukan kata-kata arkais yang kini sudah jarang dipakai.

“Sayangnya tidak ada tahun penulisan dari naskah-naskah ini, namun dilihat dari pasang aksaranya, yang masiih menggunakan purwa dresta, maka dapat dipastikan naskah ini ditulis sebelum Pasamuhan Agung Basa Bali tahun 1957,” kata dia.

Baca Juga:

Bendesa Badeg Tengah, Nyoman Sidia, mengaku pihaknya sangat senang pada akhirnya naskah warisan leluhurnya itu dapat dikaji dan isinya dapat diketahui. Ia mengatakan, dulu naskah-naskah itu sangat disakralkan, bahkan tudak boleh disentuh oleh sembarang orang. Naskah-naskah itu pun hanya dikeluarkan ketika dilakukan upacara.

“Namun, seiring waktu kami, khususnya generasi muda ingin mengetahui isi dari naskah yang kami warisi, sehingga dapat diketahui oleh generasi muda dan dapat diambil nilai-nilainya,” kata dia. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories