Masyarakat Sadar Kesehatan, Industri Farmasi Menjanjikan

ilustrasi (istimewa/kliklegal.com)

Jakarta, Balinesia.id – Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, industri farmasi di Indonesia dinilai sebagai sektor yang tetap menjanjikan ke depan. Kondisi ini turut berpengaruh pada pergerakan saham dari perusahaan pada sektor-sektor farmasi.

Hal tersebut dinyatakan Technical Analyst BCA Sekuritas, Achmad Yaki Yamani sebagaimana dilansir dari media jejaring Balinesia.id, Trenasia.com. Menurutnya, setidaknya terdapat dua kelebihan farmasi dibandingkan dengan industri lainnya dari segi pergerakan sahamnya, hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi vitamin dan suplemen, serta menggunakan produk kebersihan seperti masker dan hand sanitizer maupun desinfektan dalam gaya hidup yang dipakai.

“Kedua, asing bisa masuk dan berinvestasi hingga ke level 100 persen, apalagi farmasi juga termasuk industri padat karya yang didukung beberapa kebijakan pemerintah,” ujar Ahmad Selasa, 17 Mei 2022.

Di sisi lain, meskipun pada kuartal I-2022 beberapa emiten mengalami tren revenue yang menurun lebih dari 10% pada kinerja keuangannya, akan tetapi saham farmasi dinilai masih menarik untuk dikoleksi, salah satunya PT Phapros Tbk (PEHA) yang mengalami pertumbuhan 19 persen pada kuartal I-2022.

Baca Juga:

“PEHA masih menarik karena revenuenya masih tumbuh 19%  dengan pendapatan dari pihak berelasi juga tumbuh 28%, sebagian dari penjualan obat, suplemen dan produk kesehatan,” kata Achmad.

Selain itu, hal yang sama diungkapkan oleh Senior Equity Research Analyst Emtrade William Siregar, yang menilai saham farmasi pada tahun 2022 masih memiliki prospek yang bagus, meskipun tidak sebagus dua tahun sebelumnya, pada saat pandemi Covid-19 tidak terkendali.

“Kebutuhan akan imunitas dan meningkatnya kepedulian akan kesehatan akan selalu bertumbuh ke depan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup masyarakat.” kata William.

Akan tetapi bisnis farmasi memiliki sentimen negatif yang mulai mengintai, mulai dari melemahnya nilai rupiah, terganggunya rantai pasokan secara global hingga peningkatan biaya logistik.

“Kami melihat risiko ini yang perlu diantisipasi bagi sektor farmasi pada tahun 2022 ini. Dan jika berbicara investasi, secara bisnis sektoral, saham PEHA harusnya masih prospektif,” tutup William.

Sebelumnya, merebaknya virus Covid-19 sejak dua tahun berdampak pada kesadaran terkait pentingnya obat-obatan serta perangkat medis, sebagai kebutuhan mendesak,

Hal ini berdampak pada sejumlah negara yang melakukan investasi yang lebih besar pada program penelitian kesehatan dan pengadaan vitamin maupun suplemen, termasuk Indonesia yang telah menjadikan sektor kesehatan termasuk dalam sektor prioritas dalam upaya merealisasikan Making Indonesia 4.0 dengan mendorong transformasi digital berbasis teknologi. jpd/tren

Editor: E. Ariana

Related Stories