Mapala Unwar Bangun Bale Bengong dari 300 Kg Sampah Plastik

Rektor Unwar beserta jajaran duduk di bangunan bale bengong berbahan ecobricks yang dibuat oleh Mapala Unwar dari 300 kg sampah plastik. (Balinesia.id/IST)

Denpasar, Balinesia.id – Inovasi dan kreativitas mahasiswa Universitas Warmadewa (Unwar), khususnya yang berproses di unit kegiatan mahasiswa Mapala Citta Mandala teruji. Berlatar kepedulian mereka terhadap masalah lingkungan, mahasiswa pecinta alam ini memanfaatkan kembali 300-an kg sampah plastik yang berbahaya bagi kelestarian alam menjadi ecobricks, kemudian disusun menjadi bangunan bale bengong.

Buah karya para pecinta alam yang diresmikan Rektor Unwar, Prof. Dr. Ir. I Gde Suranaya Pandit, M.P. didampingi Sekretaris Yayasan Kesejahteraan Korpri Propinsi Bali, Ir. I ketut Sugihantara, MSA beserta jajaran, pada Jumat, 26 Mei 2023 tersebut kini telah terpasang di salah satu sudut halaman Unwar dan siap digunakan oleh mahasiswa sebagai tempat berkegiatan.

“Kami memberi apresiasi yang besar pada tim Mapala Buana Citta yang telah membuat kreasi inovatif dengan memanfaatkan limbah botol plastik dan plastik sekali pakai lainnya. Botol pastik ini disusun sedemikian rupa, kemudian diisi sampah plastik sehingga menjadi konstruksi yang tegak. Kami menyambut kreativitas ini dengan sangat baik, yang dikerjakan hanya tidak lebih dari sebulan. Ini hal yang luar biasa,” puji Prof. Pandit.

Baca Juga:

Menurut rektor, apa yang dikerjakan oleh Mapala Citta Mandala sejalan dengan visi Unwar untuk mengembangkan prinsip ekowisata, di mana keberlanjutan adalah nilai pusatnya. Inovasi dan kreativitas semacam itu diharapkan dapat terus dirawat dan dikembangkan, sehingga di kemudian hari produk tersebut dapat semakin sempurna.

“Kami dorong untuk dijadikan paten, karena sebelumnya belum ada ecobricks yang dibentuk jadi bale bengong. Ini sangat menjanjika ke depan, sebagai bentuk kepedulian kami sebagai pengolahan kembali sampah plastik yang kita tahu memerlukan waktu lama untuk didaur ulang, hingga jadi benda yang bermanfaat,” kata dia.

Baca Juga:

Pandit menigatakan, ke depan mahasiswa perlu menghitung seberapa besar ketahanan dari ecobricks tersebut. Bagaimana ketahanan bangunan ecobricks jika dibandingkan dengan ketahanan bangunan pada umumnya. “Apakah bisa bertahan, tidak rusak karena ini adalah plastik? Maka ke depan kami berharap ada mahasiswa lainnya yang lebih berkelanjutan lagi. Juga ke depan bisa diarahkan jadi lebih ramah lingkungan. Sekarang rangkanya masih pakai besi, mungkin nanti bisa dibuat dengan bambu atau bahan padat lainnya. Itu perlu kreativitas ke depan. Kalau nanti lebih banyak ada bale-bale dari sampah ini akan sangat baik. Ini jadi citra bahwa (Universitas) Warmadewa peduli lingkungan dan dapat memanfaatkannya sebagai bahan yang lebih bermanfaat,” tegasnya.

Baca Juga:

Sementara itu, Koordinator Pembuatan Bale Bengong Ecobricks Mapala Citta Mandala, Kadek Bramdhika Ada, mengatakan bahwa bangunan tersebut dibuat dari sekitar 1.900 buah botol. Jumlah tersebut terdiri atas 900 buah botol sebagai pondasi di bagian bawah, dan sisanya untuk tiang dan atap. Melalui karya tersebut, pihaknya berupaya memasyarakatkan gerakan mengurangi penggunaan sampah plastik dan gerakan bijak menyikapinya. 

Ia menuturkan, bangunan tersebut dirangkai selama kurang lebih sebulan. Sebelumnya, mereka telah menggerakkan mahasiswa baru Unwar angkatan tahun 2022 untuk membuat masing-masing sebuah ecobricks saat menjalani orientasi kampus. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan sejumlah bank sampah dan mengambil langsung sampah-sampah di kampus.

“Terkait ketahannya kami pernah membuat kursi untuk digunakan sebagai kursi duduk di sekretariat dan itu bertahan lama, namun karena ini terpapar matahari mungkin akan mengkerut, tetapi untuk pondasi di bawah mungkin akan bertahan hingga setahun,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories