FP Unwar Bina Petani Batukaang Olah Kulit Kopi Jadi Kompos

(null)

Bangli, Balinesia.id – Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa melakukan pemberdayaan pada petani di Desa Batukaang, Kintamani, Bangli untuk mengolah limbah kulit kopi menjadi kompos. Mereka secara khusus mendampingi Kelompok Tani Windu Sari yang berjumlah 20 orang.

Ketua program pembinaan, Dr. Ir. Yohanes Parlindungan Situmeang, M.Si., mengatakan bahwa pemberdayaan yang dilakukan pihaknya merupakan bagian dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM). Model pemberdayaan dilakukan dengan memberikan penjelasan teori pembuatan kompos berbahan limbah kulit kopi, kemudian dilengkapi dengan praktik langsung pembuatan kompos.

Baca Juga:

Yohanes mengatakan pada program tersebut melibatkan tiga orang lulusan Magister Sains Pertanian Program Pascasarjana Unwar yakni I Komang Suwedi, S.P., M.Si., Stevanus Nahak, S.P., M.Si., dan I Putu Adi Masaji, S.P., M.Si. Ketiganya baru saja menyelesaikan studi di program pascasarjana tersebut. Selain itu, penyelenggara juga melibatkan mahasiswa Prodi Agroteknologi FP Unwar yaitu Dewa Nyoman Adita. 

“Limbah kulit kopi berpotensi menghasilkan pupuk organik. Pemanfaatan dapat meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani sekaligus mengurangi bau dari tumpukan limbah kulit kopi yang dapat mencemari lingkungan. Upaya pengembangan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan cara mengolah limbah kulit kopi menjadi pupuk kompos,” kata dia.

Baca Juga:

Ia menjelaskan, kompos merupakan hasil fermentasi dari limbah kulit kopi yang diperkaya dengan limbah pemangkasan tanaman kopi, limbah ternak, biochar sekam, dolomit. Fermentasi semua bahan ini dapat dipercepat dengan penggunaan larutan EM4 dan molase. “Dalam kegiatan PKM ini, mitra akan diperkenalkan dan dilatih tentang teknologi pembuatan kompos organik dan pengelolaan usaha tani kopi hingga memberikan nilai tambah ekonomi bagi kelompok mitra,” ucapnya.

Selama ini, jelasnya, limbah kulit kopi belum tertangani dengan baik. Selain itu, pihaknya juga mengalami kendala dalam transfer teknologi pembuatan pupuk kompos yang kepada mitranya. Oleh karenanya, mereka kemudian melakukan PKM secara komprehensif mulai dari pelatihan, praktik, penyuluhan, hingga pendampingan.

Baca Juga:

Ia mengharapkannya, melalui PKM mitra dapat menghasilkan produk pupuk kompos organik, mulai dari produksi, pengemasan, hingga manajemen usahanya.  “Kami perkenalkan proses pembuatankompos berbasis limbah kulit kopi dengan teknologi fermentasi sederhana yang mendapat respons yang sangat baik dari masyarakat. Antusias peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada tim pengabdi terkait teknologi pembuatan kompos dan manfaatnya untuk pertanian,” katanya.

Ditambahkannya, berbagai bahan organik yang dikomposkan baru bisa dipanen setelah 1-2 bulan. Pupuk kompos yang dihasilkan dari kegiatan ini sangat bermanfaat bagi petani karena aplikasi kompos ke tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti kegemburan tanah, retensi hara dan air, meningkatkan kehidupan mikroba dalam tanah, memperbaiki kesuburan tanah, dan produksi pertanian. “Mengingat potensi, manfaat, dan nilai tambah kulit kopi, maka prospek pupuk kompos organik sangat baik ke depannya,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana
Bagikan

Related Stories