Kota Denpasar Yakini Desa Adat Berperan Penting Turunkan Stunting

Perwakilan BKKBN Bali Monev stunting di Kota Denpasar. (Istimewa)

Denpasar, Balinesia.id – Kota Denpasar berkeyakinan desa adat sangat berperan dalam menekan kasus stunting. Hal tersebut dinyatakan Asisten I Setda Kota Denpasar, I Made Toya, S.H. yang mewakili Walikota Denpasar dlaam acara Monitoring dan Evaluasi (Monev) Percepatan Penurunan Stunting  di Kota Denpasar, Jumat, 20 Mei 2022.

Toya memberikan apresiasi atas terbentuknya Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting yang mempunyai tugas dan andil cukup besar dalam membentuk SDM berkualitas. "Satgas Stunting agar dapat memberikan arahan, evaluasi dan juga masukan dalam penanganan stunting di Kota Denpasar berdasarkan hasil analisa yang sudah dilakukan,” katanya. 

Baca Juga:

Pihaknya berkomitmen dapat menurunkan stunting di Kota Denpasar. Oleh karenanya, pihaknya berpesan agar penanganan stunting dapat dilakukan secara holistik, dengan melibatkan sistem desa adat. Menurutnya pelibatan desa adat akan efektif dalam melakukan penurunan stunting. Hal ini telah terbukti dalam penenganan kasus Covid-19. “Pelibatan desa adat sudah cukup berhasil dalam penanganan Covid-19 di Kota Denpasar,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih mengingatkan bahwa stunting tidak hanya berdampak terhadap lambatnya pertumbuhan, tetapi juga terjadi gangguan otak sehingga intelektualmya rendah dan rentan terinfeksi penyakit. "Ini menjadi hambatan untuk mewujudkan SDM berkualitas, menjadi tidak produktif dan tentu menjadi beban negara,” kata dia. 

Menurutnya, stunting menjadi masalah bersama dan memerlukan penanganan dengan intervensi dan konvergensi dari lintas sektor. "Instansi apa menangani apa, itu harus benar-benar dipastikan agar berjalan dan sampai ke sasaran dengan tepat,” kata dia. 

Pencegahan stunting dapat dilakukan dari hulu, melalui persiapan sejak remaja. Caranya antara lain dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta pola makan yang sehat dan seimbang. "Jaga sanitasi lingkungan dan juga pola makan, karena stunting tidak hanya terjadi pada keluarga miskin. Hal ini karena adanya pola makan dan pola asuh yang salah,” kata dia.

Selain itu, persiapan calon pengantin sangat penting dilakukan. Calon pengantin diharapkan dapat melakukan pemeriksaan kesehatan 3 bulan sebelum menikah, antara lain pemeriksaan TB, BB, LiLA dan kadar HB dan melakukan skrining melalui aplikasi ELSIMIL yang dapat diunduh di playstore. "Hal ini dilakukan untuk memastikan calon pengantin tersebut sudah siap melahirkan dan menghindari risiko terjadinya stunting pada anak yang dikandung,” pungkasnya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories