Rata-rata Prevalensi Stunting Tertinggi Keempat di Bali, Satgas Stunting Bali Monev ke Kabupaten Bangli

Satgas Stunting Bali melakukan monev ke Kabupaten Bangli. (Istimewa)

Bangli, Balinesia.id – Satuan Tugas (Satgas) Stunting Provinsi Bali melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kasus stunting ke Kabupaten Bangli, Kamis, 19 Mei 2022. Menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Bangli merupakan salah satu kabupaten yang memiliki angka stunting di atas rata-rata Provinsi Bali, yakni sebesar 11,8 persen.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Sukardiasih, MARS., M.For., mengatakan rata-rata prevalensi stunting Provinsi Bali menurut SSGI 2022 adalah 10,9 persen. Artinya, rata-rata prevalensi stunting di Kabupaten Bangli lebih tinggi 0,9 persen dibanding prevalensi Provinsi Bali. Capaian tersebut sekaligus menempatkan Bangli sebagai kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi keempat di Bali di bawah Karangasem (22,9 persen), Klungkung (19,4 persen), dan Jembrana (14,3 persen).

“Perwakilan BKKBN Provinsi Bali masih terus menggenjot seluruh kabupaten/kota untuk meningkatkan upaya percepatan penurunan angka stunting, sehingga Provinsi Bali ‘bebas’ stunting, salah satunya melalui monev ini,” kata dia.

Baca Juga:

Ia menjelaskan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah 5 tahun akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).  Stunting berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit, juga menghambat perkembangan kognitif yang akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan. 

“Presiden Jokowi telah memberikan amanat kepada Kepala BKKBN sebagai Ketua Pelaksanan Percepatan Penurunan Stunting Nasional. Kami diberikan tugas menurunkan angka stunting nasional dari 24,4 persen menjadi 14,4 persen pada tahun 2024,” kata dia.

Percepatan penurunan stunting diperlukan dengan melakukan intervensi yang konvergen meliputi intervensi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.

“Penyelenggaraan intervensi yang konvergen yaitu terintegrasi, terkoordinir, dan bersama-sama untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan percepatan penurunan stunting. Untuk itu, kegiatan monitoring dan evaluasi penting dilaksanakan untuk mengintegrasikan program kegiatan yang ada di tingkat kabupaten/kota yang diselenggarakan oleh TPPS kabupaten/kota dan kecamatan,” kata dia.

Sementara itu, Wakil Bupati I Wayan Diar, S.ST.Par menjelaskan bahwa upaya pemerintah Kab Bangli dalam menekan angka stunting di wilayahnya dengan mengajak seluruh pihak ikut serta menjalankan program percepatan penurunan angka stunting. 

“Prevelensi stunting di Kabupaten Bangli saat ini adalah 11,8 persen. Jika dilihat ini masih di atas rata-rata Provinsi Bali yaitu 10,9 persen. Tentunya kita perlu meningkatkan kinerja hingga tingkat desa. Kami mengajak seluruh pihak untuk ikut serta menjalankan program penurunan stunting ini. Kita berharap stunting di Bangli bisa turun hingga sekitar 2 persen,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories