Baliview
Kenang Sulitnya Masa Sekolah, Moeldoko: Dengan Pendidikan Saya Bisa Keluar dari Kemiskinan
Kudus, Balinesia.id – Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko mengenang sulitnya melanjutkan pendidikan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang kemuudian memunculkan tekadnya dengan bekal pendidikan akan bisa keluar dari kemiskinan.
Mantan Pangdam IV/Diponegoro itu menceritakan, kondisi sulit tersebut terjadi karena faktor ekonomi dan lingkungan.
Sebagai anak desa, terlahir dari keluarga miskin, kata dia, bisa Lulus SMP saja sudah bagus.
- Gubernur Koster: Pengembangan Ekonomi Bali Manfaatkan Teknologi Digital
- 53 Tahun Agung Podomoro, Perkuat Komitmen Bangkitkan Industri Properti dan Jaga Pertumbuhan Ekonomi Nasional
- Tiga Kata Ajaib Nadiem Untuk Kemajuan Teknologi Indonesia
"Tapi saya tidak mau menyerah. Saya harus melanjutkan ke SMA. Karena saya berpikir, dengan pendidikan saya bisa keluar dari kemiskinan,” tutur Moeldoko, di hadapan siswa SMK NU Ma’arif Kudus Jawa Tengah, Jum’at (12/8/2022).
Karenanya, dia, meminta anak-anak muda jangan menyerah begitu saja. Karena sekarang siapapun bisa menjadi apapun.
"Mari ciptakan inovasi-inovasi untuk kemajuan bangsa kita,” ajaknya.
- Perkuat Ekosistem Cashless, BNI Gandeng Indomaret
- Tren Penerbangan di Bandara Ngurah Rai Terus Meningkat, hingga Juli Capai 5.612.777 Penumpang
- Dekranasda Bali Ungkap Tenganan Pegringsingan Tenun Paling Langka di Dunia
Kepada para siswa, Moeldoko berbagi pengalamannya saat pertama kali menginisiasi pengembangan mobil listrik.
Saat menjadi wakil gubernur Lemhanas pada 2012, dirinya sudah berpikir, baterai listrik adalah masa depan, dan masa depan adalah baterai listrik.
Untuk itu, dia mengajak rekan-rekannya dari BPPT dan ITB untuk terbang ke Shanghai dan melihat langsung proses produksi baterai listrik sekaligus mobil listrik.
Setelah kunjungan itu, Moeldoko beranda-andai membuat baterai dan mobil listrik di Indonesia. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya, kerja sama bisa dilakukan oleh temannya dari Tongkok. Kemudian banyak dikirm tim berpuluh-puluh kali ke Tiongkok untuk belajar.
"Alhamdulillah semua berjalan dengan baik. Intinya, sesuatu harus diawali dengan semangat membangun. Dan saya ingin membangun masa depan untuk anak muda,” tukas dia.
Ditegaskan, Panglima TNI 2013-2015, pemerintah memberikan perhatian besar terhadap masa depan anak muda. Selain menempatkan pendidikan vokasi pada posisi penting dalam strategi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), kata Moeldoko, pemerintah juga telah mengeluarkan program Manajemen Talenta Nasional.
Program yang termuat dalam Kepres No 21/2021 tentang Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional tersebut, mengelola database anak-anak Indonesia yang memiliki keunggulan. Dengan begitu, negara akan hadir untuk mengelola talenta-talenta hebat tersebut.
Dengan demikian, anak-anak yang hebat tersebut, tidak diambil negara lain. Diakuinya, selama ini banyak generasi muda pintar yang diambil negara lain karena tidak dikelola dengan baik di Indonesia.
"Dan kita hanya bisa marah-marah saja," selorohnya.
Moeldoko menyampaikan apresiasinya atas pendidikan vokasi di SMK NU Ma’arif Kudus yang telah terintegrasi dengan industri. Dengan begitu, siswa bisa langsung terserap ke dunia kerja saat lulus sekolah.
Di saat puncak bonus demografi sekarang ini, harus menyediakan peluang kerja sebanyak-banyaknya, harus meningkatkan kapasitas SDM agar lebih produktif dan lebih kompetitif.
"Pendidikan vokasi menempati posisi penting dalam strategi pengembangan SDM kita,” Moeldoko menegskan lagi. ***