Feature
Fakta di Balik Kasus Penembakan Massal di Pantai Bondi Australia
JAKARTA - Australia baru saja digemparkan karena adanya tragedi berdarah setelah penembakan massal terjadi di Pantai Bondi, Sydney, pada Minggu petang.
Serangan ini berlangsung saat acara “Hanukkah by the Sea”, sebuah perayaan keagamaan komunitas Yahudi, dan telah ditetapkan sebagai aksi terorisme antisemitik oleh pemerintah Australia. Insiden ini menjadi penembakan massal paling mematikan di Australia dalam hampir tiga dekade terakhir, sejak tragedi Port Arthur pada 1996.
Tragedi penembakan terjadi sekitar pukul 18.45 hingga 18.47 waktu setempat (AEDT) di kawasan Archer Park, area terbuka yang bersebelahan langsung dengan Pantai Bondi, salah satu lokasi wisata paling ikonik di Australia.
Saat itu, ratusan hingga ribuan warga tengah menghadiri perayaan Hanukkah yang diikuti banyak keluarga, anak-anak, dan wisatawan. Suasana yang awalnya penuh perayaan berubah menjadi kepanikan ketika dua pria bersenjata melepaskan tembakan dari sebuah jembatan pejalan kaki yang menghadap langsung ke arah kerumunan.
BACA JUGA:
- 5 Cara Aman Memberikan Ponsel Pertama untuk Anak, Jika Salah Langkah Anak Bisa Terancam!
- Sering Dikira Sama, Ini Beda Sinterklas dan Santa Claus
- 3 Cara Mencegah iPhone 17 Pro Jadi Lecet atau Tergores
Saksi mata melaporkan terdengar puluhan letusan senjata api dalam waktu singkat. Orang-orang berlarian ke berbagai arah untuk menyelamatkan diri, sebagian menuju pantai dan sebagian lainnya ke jalan-jalan sekitar.
Banyak pengunjung meninggalkan sepatu, tas, serta barang pribadi mereka di lokasi kejadian. Polisi dan petugas darurat tiba dalam hitungan menit dan segera mengamankan area.
Korban Jiwa dan Luka
Hingga laporan terakhir, jumlah korban tewas dilaporkan antara 12 hingga 16 orang. Korban meninggal dunia terdiri dari warga sipil, termasuk seorang anak berusia 10 tahun, serta satu orang pelaku penembakan.
Selain korban jiwa, lebih dari 40 orang mengalami luka-luka, dengan sejumlah korban berada dalam kondisi kritis. Dua petugas kepolisian juga dilaporkan mengalami luka akibat insiden tersebut.
Para korban luka segera dievakuasi ke sejumlah rumah sakit di Sydney, sementara kawasan Bondi Beach ditutup total selama berjam-jam untuk keperluan penyelidikan dan pengamanan.
Identitas dan Aksi Pelaku
Kepolisian New South Wales mengonfirmasi bahwa pelaku penembakan berjumlah dua orang dan memiliki hubungan keluarga, yakni ayah dan anak. Sang ayah, berusia sekitar 50 tahun, tewas ditembak polisi di lokasi kejadian setelah melakukan perlawanan.
Sementara itu, anaknya yang berusia 24 tahun mengalami luka tembak dan berhasil ditangkap hidup-hidup. Saat ini, ia berada dalam pengawasan ketat pihak berwenang. Dalam penggerebekan lanjutan di sebuah properti yang terhubung dengan para pelaku, polisi menemukan enam pucuk senjata api serta dua alat peledak rakitan sederhana.
Tim penjinak bom dikerahkan untuk mengamankan lokasi dan berhasil menjinakkan seluruh bahan berbahaya tersebut. Aparat menyatakan bahwa serangan ini telah direncanakan sebelumnya dan bukan merupakan tindakan spontan.
Aksi Heroik Warga Sipil
Di tengah kepanikan dan kekacauan, muncul kisah keberanian seorang warga sipil bernama Ahmed al-Ahmed, seorang pemilik toko buah berusia 43 tahun.
Dalam sebuah rekaman video yang kemudian beredar luas, Ahmed terlihat menerjang dan melumpuhkan salah satu pelaku meskipun ia tidak bersenjata. Aksi tersebut diyakini berperan besar dalam menghentikan serangan lebih lanjut dan menyelamatkan banyak nyawa.
Namun, dalam upaya heroik tersebut, Ahmed ditembak dua kali dan kini dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Polisi serta sejumlah pejabat pemerintah secara terbuka menyebut Ahmed sebagai pahlawan dan menyampaikan penghargaan atas keberaniannya.
Penetapan Terorisme dan Motif Antisemit
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese secara resmi menyatakan bahwa penembakan di Bondi Beach merupakan tindakan terorisme antisemitik. Ia menyebut serangan tersebut sebagai aksi yang kejam, penuh kebencian, dan bertujuan menebar teror terhadap komunitas Yahudi Australia.
Sementara itu, Premier New South Wales Chris Minns menegaskan bahwa target serangan telah dipilih secara sengaja, yakni komunitas Yahudi Sydney yang tengah menjalankan perayaan keagamaan.
Investigasi awal menunjukkan adanya motif ideologis berbasis kebencian, meskipun aparat masih mendalami kemungkinan keterlibatan jaringan atau pihak lain di balik serangan tersebut.
Reaksi Nasional dan Internasional
Tragedi ini memicu gelombang kecaman dan belasungkawa dari dalam dan luar negeri. Sejumlah pemimpin dunia, termasuk Raja Inggris dan pejabat tinggi pemerintah Amerika Serikat, menyampaikan solidaritas kepada Australia serta komunitas Yahudi yang terdampak.
Berbagai organisasi internasional juga mengecam keras tindakan kekerasan tersebut. Sebagai langkah pencegahan, sinagoga, pusat komunitas Yahudi, dan acara keagamaan di berbagai wilayah Australia kini berada dalam pengamanan ketat aparat keamanan.
Australia dan Senjata Api
Australia dikenal memiliki undang-undang pengendalian senjata api yang sangat ketat, yang diterapkan setelah tragedi Port Arthur pada 1996.
Reformasi tersebut menjadikan penembakan massal sebagai peristiwa yang sangat jarang terjadi di negara tersebut. Karena itu, insiden di Bondi Beach dianggap sebagai kejadian luar biasa yang mengguncang rasa aman publik.
Peristiwa ini kembali memunculkan perdebatan nasional mengenai ekstremisme domestik, kebencian berbasis agama, serta keamanan acara publik berskala besar di tengah meningkatnya ketegangan global.
BACA JUGA:
- 5 Cara Cerdas Lolos dari Jebakan Greenwashing ESG, Investor Wajib Tahu!
- 10 Olahraga yang Jadi Tren di Indonesia Selama 2025 Berdasarkan Google Year in Search 2025
- Profil Terra Drone, Perusahaan Global yang Gedungnya Dilalap Api di Jakarta
Hingga saat ini, satu pelaku masih hidup dan tengah menjalani pemeriksaan intensif oleh aparat keamanan. Kepolisian menyatakan bahwa tidak ada ancaman lanjutan yang bersifat langsung terhadap publik. Penyelidikan terorisme nasional masih terus berlangsung untuk mengungkap motif, jaringan, dan potensi keterlibatan pihak lain.
Pemerintah Australia menyerukan persatuan nasional dan menegaskan penolakan terhadap segala bentuk kekerasan, kebencian, serta diskriminasi berbasis agama maupun etnis.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 15 Dec 2025
