Ekonomi & Pariwisata
Dukung UMKM, Menteri Trenggono Pastikan PBJ KKP Gunakan Produk Dalam Negeri
Jakarta, Balinesia.id - Guna mendukung peningkatan ekonomi di dalam negeri yang berbasis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memastikan penggunaan produk dalam negeri pada Pengadaan barang atau jasa (PBJ).
Menteri Trenggono menekankan pentingnya penggunaan produk dalam negeri dalam pengadaan barang atau jasa (PBJ) di lingkup Kementarian Kelautan dan Perikanan.
Langkah ini untuk mendukung peningkatan ekonomi di dalam negeri khususnya yang berbasis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
- 50 Persen DBH CHT untuk Bantuan Sosial Petani dan Buruh Industri Tembakau
- Pro-Kontra Pidato Megawati
- Menjadikan Solok Kota Transito-nya Sumatera, Mungkinkah?
Pihaknya menerapkan hal itu dalam upaya percepatan pengadaan barang/jasa di lingkungan Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
"Saya minta kepada seluruh Pejabat Eselon I dan II serta para Kepala UPT dan Kepala Satker sebagai penanggungjawab anggaran agar merencanakan, mengalokasikan dan merealisasikan pengadaan barang/jasa pemerintah yang menggunakan produk dalam negeri," ungkap Menteri Trenggono dalam Rapat Koordinasi Pengadaan Barang/Jasa Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jakarta, Senin (16/1/2023).
Lebih lanjut dijelaskan, penggunaan produk dalam negeri sebagai pilihan utama merupakan tindaklanjut dari instruksi Presiden Joko Widodo.
- Dukung UMKM, Menteri Trenggono Pastikan PBJ KKP Gunakan Produk Dalam Nege
- Presiden Jokowi Minta Industri Jasa Keuangan Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi
- Garap KEK Sanur, BUMN Kembangkan sebagai Pusat Wisata Kesehatan dan Pariwisata
Presiden Jokowi menyebut belanja pemerintah harus menciptakan nilai tambah, membangkitkan pertumbuhan ekonomi, dan efisien.
Disebutkan, alokasi anggaran KKP tahun 2023 sebesar Rp6,7 triliun yang akan dilaksanakan oleh sembilan unit kerja eselon I.
Dari alokasi anggaran tersebut, Rp3,7 triliun di antaranya akan dilakukan proses pengadaan barang dan jasa, baik melalui proses pengadaan maupun secara swakelola.
Pengadaan ini di antaranya untuk mendukung implementasi lima Program Ekonomi Biru KKP, meliputi perluasan target kawasan konservasi, penerapan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota.
Kemudian, pembangunan perikanan budidaya berkelanjutan, pengelolaan berkelanjutan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta penanganan sampah plastik di laut.
Nantinya, banyak kegiatan yang mendukung lima kebijakan tersebut yang memanfaatkan pengadaan barang/jasa. Untuk itu saya meminta agar pengadaan barang/jasa dapat terlaksana dengan profesional, bebas dari intervensi, kolusi, korupsi dan nepotisme.
Selain itu, menghasilkan pengadaan barang/jasa yang bernilai tinggi dengan biaya yang ekonomis melalui tahapan yang efektif dan efisien, persaingan yang sehat, terbuka dan transparan.
"Pengadaan barang/jasa saat ini diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, dan penyedia. Artinya setiap rupiah yang
dibelanjakan harus mampu memberikan nilai tambah bagi pencapaian kebutuhan barang/jasa," tambahnya.
Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar memaparkan capaian kinerja Pengadaan Barang/Jasa lingkup KKP dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
KKP terus berbenah di antaranya telah memiliki Katalog Sektoral yang memiliki 33 Etalase Produk dengan 3.999 barang.
Kemudian memiliki Unit Kerja khusus yang menangani PBJ, bahkan UK-PBJ KKP telah mencapai Level Proaktif (Level 3) dengan telah memenuhi 9 dari 9 variable yang dipersyaratkan secara nasional. Baru 11 K/L yang dapat mencapai Level Proaktif.
"Kami laporkan pula bahwa Indeks Tata Kelola Pengadaan (ITKP) KKP telah mendapatkan predikat Baik. Saat ini dari 82 K/L, baru 15 K/L yang sudah mencapai predikat Baik ini. Hal ini tentu dapat kami capai berkat komitmen pimpinan yang kuat dan bimbingan dari LKPP, BPKP, serta instansi terkait lainnya," papar Antam.
Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Hendrar Prihadi mengapresiasi capaian kinerja PBJ lingkup KKP. Dia juga mendukung percepatan penyerapan anggaran untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dalam menghadapi ancaman resesi global tahun ini. ***