BBB Ke-5, Bendesa Adat Adu Tangkas Mapidarta Bali

Salah satu bendesa adat yang berpartisipasi dalam Wimbakara Pidarta Bali dalam rangkaian BBB ke-5 tahun 2023. (Balinesia.id/IST)

Denpasar, Balinesia.id – Seorang bendesa/kelian adat, yakni pemimpin adat di Bali, seringkali berhubungan erat dengan aktivitas penggunaan basaha Bali di komunitas adat. Kondisi ini mengharuskan mereka bisa menguasai tatanan atau anggah-ungguhin basa Bali.

Keberadaan inilah yang memantik dihadirkannya Wimbakara Pidarta (Lomba Pidato) Bendesa Adat dalam gelaran Bulan Bahasa Bali (BBB) ke-5 tahun 2023. Perlombaan tersebut dilaksanakan di Kalangan Ayodhya, Taman Budaya Bali, Denpasar, Selasa, 21 Februari 2023.

Baca Juga:

Dalam perlombaan tersebut, ada sembilan orang bendesa/kelian adat yang beradu tangkas berpidato menggunakan bahasa Bali. Mereka adalah duta dari setiap kabupaten/kota yang ada di Bali.

Bendesa adat sering berbicara dalam berbagai kegiatan seperti ngeluku, mapadik, ngenter upacara dewa yadnya hingga pitra yadnya, sehingga pasti bandesa sudah biasa melakukan hal seperti ini (pidarta, red), bedanya hanya di tema (yang diangkat, red) saja yakni tentang segara (lautan),” kata salah seorang juri, Anak Agung Gde Alit Geria.

Baca Juga:

Seperti diketahui, BBB ke-5 tahun 2023 mengetengahkan tema “Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani”, sehingga tema lomba pidato bahasa Bali pun dikaitkan dengan tema pemuliaan lautan.

Akademisi Universitas PGRI Mahadewa Indonesia ini menerangkan, ada sejumlah indikator penilaian yang ditetapkan untuk menilai para peserta. Indikator penilaian itu seperti sikap, kesesuaian dengan tema, yakni tentang segara kerthi, dan penguasaan materi. Penguasaan materi yang dimaksud mencakup cara penyampaian peserta menggunakan bahasa Bali yang benar sesuai anggah-ungguhin basa Bali.

Baca Juga:

Pada kesempatan itu, Alit Geria juga menekankan pentingnya pemahaman konsep pidarta Bali. Ia menjelaskan, berpidato berbeda dengan dharma wacana (kotbah agama). Konsep keduanya memang acapkali dianggap tidak berbeda.

Dharma wacana disampaikan dalam wacana yang halus, sementara dalam pidarta harus disampaikan secara semangat agar bisa mengajak atau meyakinkan para pendengar. Yang terpenting adalah amanat, yakni dari awal sampai simpulan agar menyinggung topik mengenai segara, dan mengajak masyarakat agar peduli pada keberadaan air dan laut,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories