Bali Community
Ada Kesenjangan Konsep, Seni Tradisi "Terseok-seok" di Tengah Tumbuhnya Seni Virtual

Denpasar, Balinesia.id - Pandemi Covid-19 turut berpengaruh pada perkembangan seni dan budaya. Seiring beralihnya sebagian besar aktivitas manusia ke daring, seni virtual pun bersemi.
Namun, menggeliatnya panggung virtual ternyata tidak berjalan selaras dengan nasib para seniman.
"Kodrat panggung virtual seolah bertolak belakang dengan gaya dan karakter seni tradisi kita. Dunia virtual, anggaplah YouTube misalnya, selama ini mendamba pada sesuatu yang filmis, mengandalkan sisi visual yang glamour, bising, gaduh, konfliktual, bahkan tidak jarang banal," kata akademisi ISI Surakarta, Dr. Aris Setiawan, S.Sn., M.Sn dalam Seminar Berwawasan Seni untuk Kita bertema “Seni Virtual dan Masa Depan Seni Tradisi" yang digelar daring mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar, Minggu (25/7/2021).
Baca juga: https://balinesia.id/read/dalam-sastra-jawa-kuno-keindahan-adalah-jalan-menuju-kebenaran
Baca juga: https://balinesia.id/read/tema-pkb-ke-44-angkat-kemuliaan-danau
Dalam webinar yang juga menghadirkan Direktur Antida Musik, Anak Agung Anom Darsana dan Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Adnyana itu, Aris Setiawan mengatakan bahwa kodrat seni tradisi menuju keintiman yang kontemplatif. Cara menikmatinya justru bukan sekadar dilihat, tapi juga didengar, dirasakan, dan dibatin. "Perbedaan inilah yang dinilai sebagai penyebab seni tradisi yang terseok-seok kala harus 'hijrah' menjadi wujud anyar atas nama konten," katanya.
Dunia seni dinyatakan sebagai yang khas, di mana keramaian, persentuhan tubuh, bahkan tatapan mata para penonton secara langsung menjadi tolok ukur keberhasilan. Oleh karena itu, di saat keharusan tampil di jagat virtual, seorang seniman tidak memiliki acuan dan peta jalan yang jelas, tentang bagaimana mekanisme ideal saat seni tradisi harus bermetamorfosis menjadi “tagar” dan “trending”.
"Kenyataanya, banyak pelaku seni tradisi kita, contohnya di Jawa ada dalang yang harus gadaikan gamelan, untuk bisa membeli makan, padahal mereka setiap minggu tampil dan garap juga panggung virtual, hal ini yang harus kita sama-sama pikirkan, dan pemerintah memang wajar hadir memberikan sokongan kepada seni tradisi di tengah pandemi dan masa depan mereka," ucapnya.
Baca juga: https://balinesia.id/read/happy-salma-sastra-bentuk-karakter-manusia
Persoalan seni yang melesu akibat pandemi Covid-19 pun dirasakan praktisi seni Bali, Anom Darsana. Sosok yang telah dikenal luas di ruang seni musik Bali ini mengakui, selama pandemi memang cukup banyak pagelaran dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19 dan tampil secara virtual memanfaatkan teknologi.
"Melihat momentum pandemi dan seni virtual ini, tergantung konten seperti apa yang diinginkan. Seandainya konten-konten singkat, para seniman banyak yang menggunggah kesenian tradisi seperti tarian, tabuh, kesusastraan dengan konsep yang lebih modern dan kwalitasnya banyak yang bagus ," ucapnya.
Namun, lanjutnya, seni tradisi yang benar-benar mempunyai struktur yang kompleks sangat sulit dipertunjukkan di media. "Kecuali memang ada penyelenggara yang didukung secara financial untuk menyelenggarakan kesenian 'semi kolosal' baru, bisa dilakukan dan sangat jarang, kecuali PKB. Juga seperti apa yang kami lakukan di Telusur Seni Tradisi berkat dukungan Kemendikbudr Ristek dan Kemenparekraf," katanya.
Dalam hal ini seni tradisi dalam bentuk digital hendaknya dikemas secara kolaboratif, lintas batas, dan lintas waktu. Ruang baru sekaligus peluang ini menuntut para seniman tidak saja memikirkan pola-pola baru dalam hal garap bentuk, struktur, dan artistik, juga memikirkan aspek-aspek teknologi yang berkaitan dengan virtual estetik. "Saya berkolaborasi dengan para maestro, penyair, untuk menjadikan garapan ini dihadirkan walau di ranah virtual," katanya.
Sementara Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana diskusi tersebut. Menurutnya, antara seni virtual dan seni tradisi kedudukannya sama-sama kuat. Seni tradisi melahirkan kreativitas dan selalu tumbuh beriringan. Ia berkeyakinan seni tradisi senantiasa berdampingan dalam perkembanganya zaman.
"Saya memandang seni tradisi sangat optimistik, memiliki jiwa Indonesia, jiwa bangsa, yang tumbuh kuat, dimana seni tradisi melahirkan kreativitas tinggi, hidup di tengah kehidupan sehari-hari, sehingga tetap berdampingan era baru pandemi ini," katanya. jpd