Mengenang Pandemi dan Terpuruknya Pariwisata Bali dalam Instalasi “Art, Surfing, and Marine Ecology” Karya Gede Oka Astawa

Seni instalasi “Art, Surfing, and Marine Ecology” karya Gede Oka Astawa. (Balinesia.id/jpd)

Tabanan, Balinesia.id – Pandemi Covid-19 yang sempat menghantam pariwisata Bali hingga titik terendah sepanjang sejarah diabadikan dalam sebuah karya instalasi karya Gede Oka Astawa. Instalasi berjudul “Art, Surfing, and Marine Ecology” itu menjadi satu dari 25 karya yang dipamerkan dalam pameran “Nandurin Karang Awak” suguhan kelompok seni rupa Tabanan, Maharupa Batukaru.

Instalasi tersebut berupa 19 papan selancar yang dilukis khusus oleh seniman. Papan-papan sleancar itu dijejer di pinggir lokasi pameran yang diselenggarakan di Amarta Beachfront Resort and Spa, Kerambitan, Tabanan, Bali. Jumlah papan tersebut mengindikasikan tanda peristiwa bersejarah Covid-19 yang mulai mewabah pada akhir 2019 lalu. 

“Ide karya ini lahir ketika masa pandemi Covid-19, di mana saat itu dunia pariwisata terpuruk. Orang-orang mengantungkan hidup di dunia wisata, khususnya di pantai mengalami kesulitan,” kata Oka Astawa kepada Balinesia.id belum lama ini.

Baca Juga:

Ia memandang papan selancar sebagai salah satu simbol pariwisata Bali. Sebab, sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Bali biasanya akan mengunjungi pantai dan melakukan aktivitas berselancar. “Tetapi, pada saat pandemi papan surfing sebagai kebutuhan pokok wisatawan dalam berwisata di pantai seakan tidak ada nilainya, di saat sebagian besar orang meninggalkan papan surfing saat itulah saya melihat barang ini sebagai ide kekaryaan saya ketika pandemi,” kata dia.

Dalam melahirkan karya-karyanya, Oka Astawa terlebih dahulu memilih papan selancar yang dipanang sesuai. Papan selancar yang rusak terlebih dahulu akan diperbaiki, sebelum kemudian diberi warna dan dilukis sesuai dengan inspirasinya.

Secara fungsional, papan-papan selancar tersebut dikatakan masih berfungsi dengan baik. “Semua papan yang dilukis masih bisa digunakan berselancar, karena sudah diperbaiki sebelum dilukis,” katanya.

Secara personal, Oka Astawa menilai karya tersebut sebagai penanda pernah mewabahnya Covid-19 di Bali. Melalui karyanya, penikmat seni diarahkan untuk mengingat sebuah peristiwa pandemi yang banyak mengubah laku hidup manusia di bumi. 

“Melalui karya ini, saya menandai dan merespons pandemi. papan surfing sebagai salah satu artefak peninggalan pandemi. Karya ini menjadi sebuah catatan sejarah Bali pernah melewati masa-masa kelamnya industri pariwisata,  dan terus membangun kesadaran bersama tentang pentingnya menjaga ekologi, khususnya laut, karena laut merupakan salah satu aset terbaik kita di Bali,” katanya.

Adapun pameran seni rupa “Nandurin Karang Awak” dibuka secara publik pada Sabtu, 3 Desember 2022 hingga 14 Desember 2022. Selama pameran, berbagai kegiatan seni juga digelar di lokasi pameran. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories