Tiga Sekaa Balaganjur Merespons Air pada Hari Kedua PKB Ke-44

Senin, 13 Juni 2022 21:33 WIB

Penulis:Rohmat

Editor:E. Ariana

Balaganjur.jpeg
salah satu penampilan Wimbakara Balaganjur Remaja PKB ke-44 pada hari kedua. (Balinesia.id/oka)

Denpasar, Balinesia.id – Hari kedua Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44, Senin, 13 Juni 2022 malam menghadirkan Wimbakara (Lomba) Balaganjur Remaja. Perlombaan digelar di Panggung Terbuka Ardha Chandra Denpasar dengan menampilkan tiga duta kabupaten/kota, yakni duta Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, dan Kota Denpasar.

Ketiga penampil menyajikan garapan yang bertaut dengan tema PKB-44, “Danu Kerthi: Huluning Amreta”. Duta Kabupaten Badung mempersembahkan tabuh “Ceburan Gong”, Kabupaten Tabanan dengan tabuh “Belah Metu”, sedangkan Kota Denpasar menyajikan tabuh berjudul “Karesian”. Masing-masing garapan itu terinspirasi dari cerita daerah masing-masing.

Garapan “Ceburan Gong” dipersembahkan Sanggar Seni Sabda Murti, Banjar Kerta, Desa Adat Kerta, Kecamatan Petang sebagai Duta Kabupaten Badung. "Ceburan Gong diibaratkan debit air yang besar jatuh dan menghantam daratan dengan akustik ruang yang bertebing tinggi dan mengeluarkan suara gemuruh bagaikan suara Gong yang menghentak  menggema,” kata Kordinator Sanggar Seni Sabda Murti, I Wayan Gede Suwetra S.H. 

Baca Juga:

Penampil kedua yakni Sekaa Baleganjur Dhananjaya, Banjar Mertasari, Desa Pujungan sebagai Duta Kabupaten Tabanan berjudul “Belah Metu” yang terinspirasi dari budaya masyarakat Singsing Blemantung. “Aktivitas sosial budaya masyarakat sekitar Singsing Blemantung diungkapkan dengan konsep hibridisasi, yakni gaya dan konten gending ecet-ecetan khas Desa Pujungan, diadaptasi sesuai dengan interpretasi musikal menyesuaikan dengan ocak-ocakan serta gegulak penata,” kata Koordinator garapan, I Wayan Yudiarta.

Sementara itu, Duta Kota Denpasar, yakni Sekaa Telung Barung, Desa Adat Penatih, Kecamatan Denpasar Timur mengangat cerita “Karesian” dalam penampilan malam itu. Kordinator Sekaa Baleganjur Telung Barung Gusti Putu Nuada mengatakan, Karesian merupakan cara pengelolaan air dari lima pokok sumber air; air laut, air danau, pancoran, telaga, dan sumber mata air/empul.

“Jadi Karesian tata kelola air, Karatuan (ata kelola pemerintahan, dan Karaman, tata kelola masyarakat. Ketiga konsep tersebut diwujudkan dalam keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara teori, penggarap, dan pendukung sebagai sumber hidupnya keindahan dalam karya seni balaganjur,” kata dia. oka/jpd