Lingkungan
Kamis, 30 November 2023 13:59 WIB
Penulis:Redaksi
Editor:Redaksi
JAKARTA - Peringatan Hari Nusantara yang dirayakan setiap tanggal 13 Desember merupakan perwujudan dari Deklarasi Djuanda pada tahun 1957.
Deklarasi Djuanda dianggap sebagai Deklarasi Kemerdekaan Indonesia kedua yang memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945 di tahun 1959 dan pembentukan kementerian. Peringatan ini juga sebagai bentuk penegasan dan pengingatan bahwa Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia.
Berkaitan dengan itu, kegiatan Rembuk Iklim Pesisir Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Tahun 2023 dengan tema “Laut Semakin Ganas: Menanti Solusi Konkrit Perlindungan Nelayan kecil, Masyarakat Pesisir serta Kepulauan dari Perubahan Iklim” adalah rangkaian kegiatan dalam peringatan Hari Nusantara 2023. Melalui kegiatan ini peserta menyuarakan bersama masalah-masalah yang dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir akibat dampak perubahan iklim serta solusi konkrit untuk masyarakat yang terdampak.
Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan menjelaskan, sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merasakan dampak yang nyata adanya perubahan iklim yang saat ini sudah kian memburuk. Dampak serius perubahan iklim semakin dirasakan oleh nelayan kecil dan tradisional di seluruh Indonesia.
Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia sebagai organisasi Nelayan kecil dan tradisional terbesar di Indonesia, bersama memperjuangkan hak-hak atas perlindungan nelayan tradisional, perempuan pesisir, pembudidaya, pengolah ikan dan petambak garam, serta masyarakat pesisir pada umumnya.
“Kegiatan Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023, dilaksanakan di 35 Kab/Kota, yang dilaksanakan pada tanggal 30 November s.d. 9 Desember 2023. momentum ini juga berbarengan dengan Konferensi Internasional terkait Iklim (COP28) yang diadakan di Dubai dan dihadiri oleh Ketua Umum KNTI Dani Setiawan.
Melalui kesempatan ini, KNTI mengajak untuk bersatu memperjuangkan kehidupan laut yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilalui dengan cara memperkuat jaringan solidaritas, perlindungan dan penguatan Hak Tenurial Nelayan, Memastikan edukasi yang merata, dan Peran Aktif Pemuda dan Perempuan Pesisir dalam pengelolaan perikanan” ungkap Dani di Kantor KNTI, Jakarta Selatan. (29/11/2023).
Hendra Wiguna selaku Ketua Pelaksana Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023 menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi penting dan harus segera dilaksanakan, karena laut semakin memanas.
“Tren pemanasan laut selama beberapa dekade dan kenaikan permukaan laut rata-rata global meningkat tiga kali lipat dalam satu abad terakhir sebagai akibat dari pencairan es dan gletser dalam skala global, sesuai laporan IPCC 2019," katanya.
Selain itu, laporan FAO tahun 2018 mengatakan perubahan iklim akan menyebabkan perubahan signifikan dalam ketersediaan dan perdagangan produk ikan, yang berpotensi menimbulkan konsekuensi geopolitik dan ekonomi, terutama bagi negara-negara yang paling bergantung pada sektor ini. Hendra menambahkan, tidak hanya kerugian fisik, laporan BRIN terbaru tahun ini, menyebutkan perubahan iklim juga berpotensi menghilangkan mata pencaharian, sehingga berpotensi menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Kegiatan Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023 berkolaborasi dengan Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (PIKUL) dan Institut Hijau Indonesia (IHI) dalam pelaksanaannya. Kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi pertajam jalannya rembuk dan semakin memperkuat basis dalam menggali solusi-solusi dalam menghadapi Perubahan iklim, pungkas Hendra Wiguna.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 30 Nov 2023
2 hari yang lalu