Bali
Kamis, 28 April 2022 07:28 WIB
Penulis:Rohmat
Editor:E. Ariana
Denpasar, Balinesia.id - Onggokan batu pemecah ombak di Pantai Padanggalak bagai mewakili kehidupan Bu Sum, seorang penyapu pantai di pantai yang terletak di timur Kota Denpasar itu. Setiap hari hidupnya dirundung deburan ombak hidup yang keras. Namun, ia tetap tegar dalam kesederhanaan, sembari berupaya menaungi lingkungan di sekitarnya.
Bu Sum adalah perempuan asal Jember yang sudah 10 tahun tinggal di Pantai Padanggalak. Selama rentang waktu itu pula ia telah menjadi pengasuh bagi anjing-anjing terlantar yang dibuang orang. Sampai saat ini, ada 65 ekor anjing yang ia rawat bagaikan anaknya sendiri di tengah hidupnya yang tidak mudah bagi sebagian orang.
Sebagai seorang tukang sapu yang dipekerjakan oleh desa setempat, pemasukan Bu Sum tentulah pas-pasan. Jerih payahnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Tetapi, keterbatasannya itu tidak menghilangkan sisi kemanusiaannya, bahkan sisi kesemestaannya, yang melebur ketamakan manusia. Bu Sum mengajarkan dalam tindakan, bahwa manusia bukan hidup sendiri di dunia ini.
"Pekerjaan saya sehari-hari kalau ada upacara bantu bersihkan pantai, nyapu di pinggir pantai. Nanti katanya ada upacara, ya nanti saya kerja," katanya ketika ditemui Balinesia.id di tempat tinggalnya akhir pekan lalu.
Baca Juga:
Dengan raut sendu yang tidak bisa disembunyikan, Bu Sum menceritakan kisahnya menjadi seorang "ibu" bagi 65 anjing liar Pantai Padanggalak. Kala itu, tuturnya, ia bertemu dengan seorang bernama Cik Liu yang memberikan makan anjing liar di pantai. Oleh Cik Liu, ia kemudian diminta untuk menjaga dan merawat anjing liar tersebut. "Dulu itu saya disuruh ngerawat anjing liar, awalnya kan Cik Liu itu ngasi makan anjing terus dia ngontrak tempat ini, saya di sini numpang tinggal," ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, Bu Sum semakin banyak mendapati anak-anak anjing yang dibuang oleh orang. Ia merasa iba, kemudian memungut dan memeliharanya. Tidak terasa, sampai sekarang jumlah anjing yang dipeliharanya sudah sampai puluhan.
"Kadang Cik Liu bantu saya, ngasi saya beras dan makanan anjing. Ia juga bantu ngobatin kalau ada anjing yang sakit. Anjing-anjung di sini juga sudah disteril dan divaksin oleh petugas," ujarnya.
Namun, seperti ombak Pantai Padanggalak yang selalu beriak, kini Bu Sum kembali menghadapi sebuah persoalan hidup. Ia mengatakan dua bulan lagi tempat tinggalnya akan dibongkar karena habis kontrak dan tidak bisa diperpanjang lagi. Ia pun bingung, bagaimana akan merawat 65 ekor anjing tersebut. "Kalau saya tidak punya tempat tinggal mungkin saya liarkan anjing ini. Ya, saya bigung juga untuk tinggal, saya tidak punya tempat," kata dia lirih.
Saat ini Bu Sum hanya bisa berharap ada bantuan tempat tinggal bagi dirinya hidup dan ada orang yang bersedia mengadopsi anjing yang ia rawat selama ini. "Rumah bedek pun tidak apa-apa, yang penting anjing-anjing ini juga bisa saya rawat, biar tidak keliaran, tidak dipukul orang," katanya dengan mata berkaca-kaca, tapi berupaya tegar. oka/jpd