Selasa, 17 Mei 2022 18:19 WIB
Penulis:Rohmat
Moscow, Balinesia.id - Setelah 30 tahun beroperasi akhir restoran cepat saji McDonalds mengumumkan penutupan bisnisnya di Rusia krisis kemanusiaan dan lingkungan produksi yang tidak terprediksi akibat perang di Ukraina.
Pihak McDonalds telah mengumumkan telah mulai menjual seluruh 850 unit restorannya. Sebelumnya McDonalds dikritisi karena dianggap lambat menghentikan bisnisnya di Rusia. Akhirnya pada bulan Maret lalu mereka menangguhkan operasi setelah munculnya beberapa ancaman boikot.
Dikutip dari BBC Selasa, 17 Mei 2022, penutupan perusahaan raksasa itu beralasan karena krisis kemanusiaan dan lingkungan produksi yang tidak terprediksi akibat perang di Ukraina, seperti
Kepala eksekutif McDonalds, Chris Kempczinski menyatakan bahwa ini merupakan masalah yang rumit dan memiliki banyak konsekuensi.
Pihaknya tidak mampu mengabaikan krisis kemanusiaan yang terjadi di Ukraina.
“Mustahil membayangkan logo Lengkung Emas kami yang merepresentasikan harapan dan janji yang sama saat kami masuk pasar Rusia 32 tahun lalu,” katanya menegaskan.
Selain itu, semua situs McDonald’s di Rusia akan dijual kepada pembeli lokal dan proses “de-arching” atau peruntuhan restoran akan berjalan. Langkah ini meliputi pergantian nama, branding, dan menu namun tetap mempertahankan merek dagangnya.
Kendati akan segera ditutup, McD memiliki beberapa prioritas yang akan dijalankan. Salah satunya menjamin pembayaran 62.000 karyawannya sampai proses penjualan selesai. Selain itu, mereka berharap para karyawan dapat bekerja pada pembeli selanjutnya.
McD juga tetap membayarkan gaji penuh karyawannya yang bekerja di 108 restoran di Ukraina yang masih ditutup.
Penutupan ini merupakan akhir dari sebuah era saat restoran itu pertama kali berdiri di Moskow pada akhir bulan Januari 1990. Ketika pertama kali beroperasi di Rusia, McD merupakan lambang mencairnya tensi ketegangan saat Perang Dingin.
Hadirnya McDonald's disambut hangat warga Rusia yang juga menunjukkan perubahan, setahun sebelum runtuhnya Uni Soviet. Menu-menu semacam burger, kentang goreng, dan pai merupakan penanda Rusia yang merangkul Barat. Makanan-makanan hangat itu seakan-akan mengakhiri perang yang saat itu berlangsung.
Setelah tiga dekade mengepakkan sayap bisnis di Rusia, McDonalds memutuskan hengkang akibat apa yang disebut Rusia sebagai ‘operasi militer khusus’.
Tensi di Ukraina yang mulai memanas pada bulan Februari lalu, membuat perusahaan-perusahaan internasional mulai mengumumkan penghentian operasi sementara di Rusia. Beberapa berharap situasi akan segera membaik dan bisnis akan dapat segera dijalankan kembali. Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda konkret mengenai ketegangan yang akan mereda.
Berakhirnya bisnis restoran cepat saji dunia ini menunjukkan, bahwa McDonald's menyadari kecilnya kemungkinan situasi normal akan kembali. Langkah ini juga mungkin akan disusul oleh perusahan lainnya yang akan meninggalkan Rusia. ***
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Fadel Surur pada 17 May 2022