Tak Miliki Akses dan Strategi, UMKM Sulit Tembus Pasar Ekspor

Banyak UMKM meski memiliki produk berdaya saing, namun tidak mampu melakukan ekspor karena tidak memiliki akses, strategi jitu dan pengetahuan, serta keterampilan yang memadai. (AMSI)

Balikpapan, Balinesia.id - Banyak UMKM meski memiliki produk berdaya saing, namun tidak mampu melakukan ekspor karena tidak memiliki akses, strategi jitu dan pengetahuan, serta keterampilan yang memadai.

"Akibatnya sulit untuk menembus pasar ekspor," tandas Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Darmansjah M. Prijanto dalam  webinar Road to IDC AMSI 2021, sesi Kalimantan Timur (Kaltim) yang berlangsung secara virtual, Senin (15/11/2021).

Darmansjah menambahkan, banyak UMKM tidak mampu melakukan ekspor karena tidak memiliki akses, strategi maupun pengetahuan serta keterampilan yang memadai.

Tidak hanya itu, permintaan pasar global yang meningkat, kadang terkendala pembiayaan untuk peningkatan produksi.

Sisi lain masih ada pelaku UMKM tidak memahami pembiayaan perbankan.

“Perlu kurikulum dan pengembangan UMKM Go Eksport, sesuai kebutuhan yang terus berkembang,” katanya menegaskan.

Dalam usaha skala mikro, kecil dan menengah perlu terus ditingkatkan untuk melangsungkan usaha dan menyokong perekonomian dalam kondisi pandemi saat ini.

Webinar yang mengambil tema “Digitalisasi UMKM, Solusi Jitu Membangkitkan Ekonomi Kalimantan Timur” ini dipandu Andi Suraya Mappangile (Dosen Universitas Balikpapan) dan menghadirkan pembicara utama utama H.M. Aswin,  Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Provinsi Kalimantan Timur keynote speech mewakili Gubernur Kalimantan Timur dan empat narasumber lainnya.

Dalam paparannya, H.M. Aswin menyampaikan, peran UMKM dalam pembangunan daerah menjadi harapan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Hal itu terlihat pertumbuhan ekonomi Kaltim di tahun 2021 pada triwulan kedua mencapai 5,78%, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, hanya 2.85%," ungkapnya.

Pertumbuhan ekonomi ini berdampak pada penurunan tingkat pengangguran juga dari 6,87% menjadi 6,81%. “Ekonomi Kaltim stabil selama masa pandemi," ujarnya.

Hanya saja ia mengatakan upaya mengembangkan digitalisasi UMKM belum banyak yang mendapatkan dukungan karena program daerah ini kurang mendapatkan dukungan. Penyebabnya jalur dan programnya belum terakomodir melalui pemerintahan pusat.

Pihaknya berharap pemerintah pusat memberikan perhatian dan terus melakukan sinkronisasi antara program pusat melalui kementerian dengan memperhatikan tingkat produktivitas daerah.

Narasumber kedua Taufik Culrakhman, Pemimpin Divisi Kredit dan Konsumer Bank Kaltimtara menyampaikan keberadaan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi menjadi penting, meski dalam dua dekade belum mengalami perubahan. “Perlu memahami dan memenuhi kebutuhan UMKM dalam kondisi pandemi,” ujarnya.

Dukungan pada UMKM perlu terus diberikan karena UMKM termasuk sektor yang rawan dari goncangan di masa pandemi, baik dari segi penawaran dan permintaan. Ia menyampaikan dari 64,2 juta atau 13% pelaku usaha UMKM telah memanfaatkan marketplace atau bisnis secara online.

Masih terdapat 77,7% pelaku UMKM belum dapat memaksimalkan pasar secara online. "Hal itu tidak terlepas dari kesiapan, optimisme dan kompetensi para pelaku UMKM," katanya.

AMSI juga menghadirkan pelaku startup lokal Kaltim yaitu Utari Octavianty, pemilik startup "Aruna Indonesia". Ia memiliki fokus usaha membantu para nelayan di berbagai daerah, khususnya dalam pengembangan usaha kelautan dan perikanan.

Menurutnya, pengembangan usaha lewat digitalisasi, akan membantu masyarakat dalam meningkatkan usahanya. Ia mengatakan Aruna saat ini banyak dimanfaatkan bagi pelaku usaha dibidang kelautan dan perikanan, baik dari strategi peningkatan produk atau tanggapan maupun pemasaran. (roh)
 

Tags IDC 2021Bagikan

Related Stories