Studi: Olahraga Picu Hormon Dopamin dan Kinerja Otak

Penelitian: Olahraga Meningkatkan Hormon Dopamin dan Kinerja Otak (Freepik.com/pressfoto)

JAKARTA - Hasil studi terbaru mengungkapkan adanya peran kunci dari dopamin dalam meningkatkan waktu reaksi melalui olahraga berintensitas sedang.

Penelitian tersebut merupakan kolaborasi antara University of Portsmouth dan University of Chichester di Inggris, University of Electro-Communications, Tohoku University, Meiji Yasuda Life Foundation of Health and Welfare, Setsunan University di Jepang, University Sultan Zainal Abidin di Malaysia, dan Da-Yeh University di Taiwan dan diterbitkan di The Journal of Physiology.

Studi ini menjelaskan bahwa dopamin, yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan hormon terkait kenikmatan, kepuasan, dan motivasi, meningkat saat berolahraga. Temuan terbaru menunjukkan korelasi positif antara dopamin dan peningkatan waktu reaksi selama olahraga.

Para peneliti mengungkap potensi terapi baru untuk kesehatan kognitif, mengingat peran dopamin dalam berbagai kondisi seperti Parkinson, skizofrenia, ADHD, kecanduan, dan depresi.

Menggunakan teknologi pemindaian canggih positron emission tomography (PET), penelitian menunjukkan peningkatan pelepasan dopamin saat peserta bersepeda dalam posisi berbaring di mesin pemindai. Hal ini dikaitkan dengan peningkatan waktu reaksi.

Dr. Joe Costello dari School of Sport, Health & Exercise Science (SHES) di Universitas menyatakan, "Olahraga kardiovaskular meningkatkan kinerja kognitif, tetapi mekanisme persisnya belum dipahami dengan baik pada manusia."

"Dengan teknik pemindaian otak baru, kami meneliti peran dopamin dalam meningkatkan fungsi otak selama latihan. Studi ini menunjukkan bahwa hormon ini adalah neuromodulator penting untuk waktu reaksi yang lebih baik."

Penelitian melibatkan tiga percobaan dengan 52 partisipan pria. Percobaan pertama memantau pergerakan dopamin saat peserta bersepeda di mesin PET. Percobaan kedua menggunakan stimulasi otot listrik, dan percobaan terakhir mengombinasikan latihan sukarela dan paksaan.

Hasilnya menunjukkan peningkatan kinerja kognitif saat latihan sukarela, bukan dengan stimulasi listrik saja. Prof. Soichi Ando dari University of Electro-Communications di Jepang menyatakan bahwa latihan harus berasal dari sinyal pusat otak.

Studi sebelumnya dari tim ini yang mengeksplorasi hubungan antara tingkat oksigen, kinerja kognitif, dan olahraga menemukan bahwa tidak ada perubahan waktu reaksi saat bersepeda di lingkungan dengan kadar oksigen rendah.

Dr. Costello menegaskan, "Temuan terbaru ini mendukung teori kami bahwa kinerja kognitif selama olahraga dipengaruhi oleh perubahan hormon pengatur otak. Faktor lain seperti aliran darah ke otak, ketegangan, dan motivasi juga dapat berperan."

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 21 Jan 2024 

Editor: Redaksi

Related Stories