Sesuai Kearifan Lokal, Cok Ace Yakin Isoter Berbasis Desa Efektif Turunkan Kasus Aktif Covid-19

Cok Ace saat mengunjungi isoter berbasis desa di Ubud, Rabu, 25 Agustus 2021 (Istimewa)

Gianyar, Balinesia.id Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace meyakini pelaksanaan isolasi terpusat (isoter) berbasis desa efektif turunkan kasus Covid-19. Sebab, isoter berbasis desa dilihat sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Bali.

“Saya meyakini Isoter berbasis desa sangat bagus diterapkan di Bali karena ini juga sesuai dengan kearifan lokal kita. Mungkin banyak masyarakat yang kurang nyaman jika harus diisolasi di hotel dan jauh dari tempat tinggal, sehingga isolasi secara terpusat dengan fasilitas desa bisa menjadi salah satu solusi,” kata Cok Ace ketika meninjau tempat isoter berbasis desa di Kantor Camat Ubud, Gianyar, Rabu, 25 Agustus 2021.

     Baca Juga:

Ia menjelaskan, isoter menjadi pilihan yang diambil pihaknya untuk memotong penyebaran Covid-19 di Bali. Sebelumnya, lonjakan penyebaran Covid-19 di Bali salah satunya juga disebabkan karena pelaksanaan isoman yang kurang efektif.

“Menurut Bapak Menko Maritim dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan tingginya angka kasus di Bali dikarenakan ada banyak pasien OTG-GR yang menjalankan isoman, sehingga laju penyebarannya tidak bisa kita kontrol,” katanya dalam kegiatan yang juga dihadiri Kalaksa BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Provinsi Bali, Ida Ayu Indah Yustikarini, Camat Ubud, Komang Alit Adnyana, serta kepala desa di seputaran Ubud. 

Saat ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali telah mengupayakan tempat isoter, baik di hotel yang difasilitasi oleh Pemprov Bali bersama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali, serta mendorong isoter berbasis desa.

Pihaknya pun mengajak masyarakat untuk tidak ragu lagi menjalani perawatan di isoter juga dilakukan testing Covid-19. “Tentu saja target vaksinasi terus kita kejar, sehingga masyarakat Bali bisa memenuhi target vaksin pada September mendatang,” kata dia berharap upaya tersebut berhasil.

       Baca Juga:

Kalaksa BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin menyatakan hal senada. Ia mengatakan pelaksanaan isoman selama ini cukup berisiko, mengingat kultur rumah di Bali yang dihuni oleh banyak orang. Selain itu, karakter manusia Bali juga didukung jiwa kekerabatan yang tinggi, sehingga ketika ada orang sekitar sakit, maka tetangga beramai-ramai menjenguk.

“Konsep isoter berbasis desa bisa memanfaatkan rumah-rumah penduduk yang tidak terpakai atau fasilitas desa, tentu saja dengan pengawasan ketat dari aparat desa,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya menambahkan angka kasus baru di Bali masih cukup tinggi. Ia menyebud sekitar 26 persen kasus di Bali dikarenakan SARS-CoV-2 Varian Delta yang 10 kali lebih cepat menyebar dibandingkan dengan SARS-CoV-2. 

“Sementara, angka kematian di Bali 90 persen adalah masyarakat yang belum divaksin, untuk itu penambahan isoter serta percepatan pencapaian vaksinasi kita targetkan agar bisa segera keluar dari pandemi ini,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories