Prospektif, Seniman Karikatur di Bali Masih Sedikit

Nyoman Tama. (Balinesia.id/oka)

Denpasar, Balinesia.id - Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 memberi ruang bagi seniman Bali, nasional, bahkan internasional. Salah satunya adalah Nyoman Tama, seorang seniman karikatur yang mengisi salah satu stand Kartun di perhelatan seni terbesar di Bali itu.

Kepada Balinesia.id, Senin, 20 Juni 2022, Nyoman Tama menceritakan awalnya ia telah terjun dalam dunia menggambar wajah secara langsung sejak tahun 2004. Pekerjaannya itu pun terus dilanjutkan sampai sekarang.

"Dari permintaan di tahun 2004 saya merasa ini bisa mendapatkan keuntungan, di Bali sendiri seniman karikatur masih sedikit. Kemudian, di tahun 2008 saya berkarya untuk sket orang dibeberapa art shop dan tempat wisata. Setelah lama-lama saya putuskan sendiri karena sudah tidak bisa mengikuti waktu. Kadang sampai jam 2 pagi saya sket di Kuta," kata seniman yang berasal dari Manggis, Karangasem itu.

Baca Juga:

Ia menuturkan belajar membuat karikatur secara otodidak. Keluarganya tidak ada yang  berdarah seniman. "Saya belajarnya sendiri dari melihat terus menerus praktek tiap hari sampai sekarang. Dulu waktu SD saya sudah senang menggambar, bahkan waktu SMP di desa gambar-gambar yang saya buat itu dikirim ke beberapa koran," katanya.

Penjualan sket wajah tersebut ia pasarkan kepada agen dan dijual secara online. Sampai saat ini ia dan beberapa temannya belum punya tempat atau base camp tapi kata Tama akan dibuatkan basecamp.

"Ke depan mungkin dan mudah-mudahan jadi disini basecamp-nya, tapi kita diminta ada kegiatan seperti pameran atau festival," katanya.

Pada kesempatan itu Tama juga menjelaskan bahwa seni karikatur memiliki perbedaan dengan seni rupa lainnya yaitu mengubah bentuk wajah. "Rupa figur itu wajib dirubah dalam bentuk lain tidak sama dengan wajah aslinya, kalau karikatur wajib hukumnya dirubah yang ditonjolkan nilai humornya. Orang yang melihat pasti ketawa, boleh dirubah tapi bisa ditebak," jelasnya.

Pria yang lebih senang menggambar live ini menceritakan jika secara live, akan memiliki tantangan tersendiri dalam menggambar di bandingkan dengan foto karena karakter wajah akan lebih terlihat. "Dengan sudut pandang dari samping akan ada tonjolan di wajah itu akan menjadi karakteristik dan bisa menjadui humornya. Tapi, tidak semua wajah bisa dikarikaturkan. Jika wajahnya standar tanpa ciri khas sulit untuk menggambar. Jadi yang punya ciri khas cepat kita tanggap," katanya.

Selain menggambar di kertas, ia juga menuangkan karyanya dalam bentuk baju. Tapi, Tama mengaku belum beralih ke digital. "Ada niat untuk ke digital karena akan dipermudah seperti komposisi dan warna akan lebih bervariasi kalau ini kan kita harus nyampur dan nyampur warnanya lebih sulit," kata dia sembari menilai seni dan bakat itu sulit dipelajari. oka

Editor: E. Ariana

Related Stories