Perkuat Kolaborasi, IMA Ingatkan Arti Pentingnya Pembangunan Berkelanjutan

Pembukaan Rakernas IMA di Ubud, Bali yang mengusung tema Entrepreneurial Marketing : Riding Momentum Towards 2030 (IMA )

Ubud , Balinesia.id- Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) periode 2021-2023 Suparno Djasmin mengingatkan arti pentingnya pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goals-SDGs) bersamaan mulai meredanya Covid-19.

Suparno Djasmin mengungkapkan, kesadaran arti pentingnya tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs) bersamaan mulai meredanya Covid-19 terus disuarakan kembali Indonesia Marketing Association (IMA) saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Ubud Bali.

Pada bagian lain Suparno Djasmin meyakini ekonomi Indonesia ini akan start lebih awal ketika resesi selesai dan seluruh elemen di IMA kompak bergerak saling kolaborasi serta menjadi marketer yang berjiwa entrepreneur.

Rakernas IMA, diikuti lebih dari 200 perwakilan dari 89 chapter dari total anggota sebanyak 2.963 di seluruh Indonesia Sabtu (8/10/2022).

Kegiatan Rakernas dihadiri Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Ardhana Sukowati (Cok Ace) Honorary Founding Chairman IMA Hermawan Kartajaya, Co-Honorary Founding Chairman IMA Juan Permata Adoe, Senate Chairman of IMA YW. Junardy , Senate Secretary of IMA Hendra Warsita, Koordinator Wilayah IMA Bali Gusde Sidharta .

Pihaknya mengajak internal organisasi serta masyarakat, terutama kalangan profesional untuk menyadari dan terpanggil dalam membangun kesadaran akan arti pentingnya tujuan pembangunan berkelanjutan.

"Ancaman resesi perekonomian dunia bisa memicu kemunduran ekonomi. Sehingga masyarakat perlu hati-hati dalam navigasi dan antisipasi ketidakpastian yang disebabkan oleh resesi global," katanya mengingatkan.

Diketahuiii, World Trade Organization (WTO) menurunkan angka prediksi pertumbuhan ekonomi dari 3,3% menjadi 2,3% di tahun 2023. Sebagai pelaku bisnis, ancaman resesi perekonomian dunia ini memang nyata.

"Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran hingga kemunduran ekonomi," tandasnya.

Kendati kondisi ekonomi global yang sedang bangkit dari pandemi Covid-19, dunia dihadapkan dengan potensi resesi, inflasi yang didorong oleh krisis energi.

Kata dia, kondisi geopolitik yang mengganggu supply chain yang terjadi berkepanjangan sehingga negara-negara kompak meningkatkan suku bunga untuk mengendalikan laju inflasi.

Presiden Jokowi juga menyampaikan tahun depan, 2023 perekonomian nasional berpotensi kurang cerah.

Dalam kenyataanya, ancaman resesi ekonomi bisa dirasakan saat ini di Indonesia, seperti inflasi yang diprediksi mencapai 6,8%, membuat lemahnya daya beli dan menggerus konsumsi hingga berujung pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta banyak perusahaan yang berguguran.

Suku bunga acuan yang menjadi 4,25% untuk mengendalikan Inflasi juga mengakibatkan kenaikan harga-harga yang dapat meningkatkan risiko kredit yang tentunya akan berdampak pada perekonomian.

Dengan kondisi yang seperti ini, IMA sebagai asosiasi pemasaran yang terdiri dari akademisi, professional, pemerintah dan pengusaha, perlu merapatkan barisan, kompak dan saling berkolaborasi untuk berkontribusi nyata bagi perekonomian di Indonesia.

"Terlebih bila didukung 88 Chapter dengan 2.959 anggota IMA di Indonesia,” sambung Suparno Djasmin. ***
 


Related Stories