Pameran “Rare Rupa Batuan”, Komitmen Meneruskan Warisan Leluhur Menuju Seribu Tahun Batuan

Seorang perupa "cilik" asal Batuan menunjukkan salah satu karya dalam Pameran "Rare Rupa Batuan", Minggu, 14 Agustus 2022. (Balinesia.id/jpd)

Gianyar, Balinesia.id – Desa Batuan, Sukawati, Gianyar tahun 2022 ini akan merayakan ulang tahun keseribu. Hitungan usia tersebut dipijak melalui tatahan Prasasti Batuan bertanda tangan Sri Haji Marakata pada 944 Saka atau 1022 Masehi.

Menariknya, dalam perjalanan waktu menuju 1.000 tahun Desa Batuan, semarak komitmen meneruskan warisan tradisi tampak demikian kental. Perayaan “Sahasra Warsa Batuan” (Seribu Tahun Desa Batuan, red) pun dimulai dengan pameran seni lukis gaya Batuan hasil karya 50 orang anak Batuan. Pameran bertema “Rare Rupa Batuan: Sahasra Warsa Masa Depan” dibuka Minggu, 14 Agustus 2022 di Gedung Baru Batuan. Pameran yang dibuka hingga 28 Agustus 2022 mempertontonkan 73 buah karya lukisan gaya Batuan lintas batas.

Baca Juga:

Kurator pameran, Warih Wisatsana mencatat 73 karya anak muda Batuan dalam pameran tersebut pada satu sisi menunjukkan kepolosan dan keluguan anak-anak sekaligus menyajikan sebuah dunia murni yang penuh keriangan. “Rare Rupa Batuan”, sebutnya, mengingatkan pada mitologi warna sosio-kultural masyarakat Bali yang tertuang dalam mitos Rare Angon.

“Rare Angon adalah seorang anak gembala yang dipercaya sebagai manifestasi Siwa dengan varian ceritanya masing-masing, mengedepankan ajaran filsafat Itihasa lokal Bali berikut tata titi turunannya yang dapat menjadi pedoman perilaku keseharian,” katanya.

Karya-karya yang ditampilkan menyiratkan keleluasaan merunut narasi yang hendak dijadikan subject matter atau tematik pokok. Karya penerus perupa Batuan itu disebut mengekspresikan segalanya tanpa beban, antara warna, garis, rupa, pilihan ikonik jalin menjalin dalam kesatuan bentuk, meniscayakan hadirnya sebuah dunia rekaan paduan realita dan imajinasi kekinian.

Refleksi tersebut dapat dilihat dari hadirnya rupa-rupa tokoh anak kekinian seperti Spidermen, Naruto, dan dunia luar angkasa bersanding denan latar belakang lingkungan Bali. “Ada pesan kebebasan penciptaan sekaligus karunia imajinasi tak terbatas dimiliki anak-anak Batuan ini. Selain tematik tersebut, ada ungkapan rupa tematik alam dan lingkungan yang menyiratkan keprihatinan dan seruan kesadaran ekologis yang disajikan sejumlah karya anak di pameran itu,” ucap Warih.

Perupa Batuan yang juga mantan Ketua Komunitas Batur Ulangun, Ketut Sadia mengatakan, karya-karya yang dipamerkan merupakan buah karya anak-anak yang dibina komunitasnya. Ia mengatakan, komunitasnya hadir memberi pembinaan intensif kepada anak-anak yang memiliki minat pada seni lukis gaya Batuan. Mereka pun merasa bangga, sebab progresivitas anak-anak Batuan sangat baik, di mana beberapa di antaranya telah mencatatkan prestasi, baik lokal, nasional, maupun internasional.

“Mereka boleh dibilang sudah menikmati teknik yang kami berikan, beberapa kali kami juga sudah pamerkan karya anak-anak seperti di Ubud dan Nusa Dua, bahkan hingga diundang ke galeri nasional oleh kementerian pada Hari Anak Nasional. Ada juga yang sudah berhasil menjuarai kompetisi di Jepang dan negara-negara lainnya,” katanya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Batur Ulangun, I Wayan Diana, menjelaskan pameran tersebut memang secara khusus dihadirkan sebagai acara perdana menuju 1.000 tahun Desa Batuan. Hingga akhir tahun 2022, sejumlah acara disebut telah disiapkan sebagai peringatan Sahasra Warsa Batuan. 

Tentang kekaryaan yang ditampilkan anak-anak Batuan dalam pameran tersebut, ia mengaku sangat mengapresiasi. “Pameran ini menjadi bukti bahwa anak-anak Batuan memiliki antusias yang tinggi dalam melanjutkan warisan leluhurnya berupa seni lukis gaya Batuan,” katanya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories