Pakar Filsafat UGM: Perlu Rasionalisasi Simbol Ritual Hadapi Masyarakat Modern

Ilustrasi (UGM)

Yogyakarta, Balinesia.id - Rasionalisasi simbol-simbol ritual diperlukan untuk menghadapi masyarakat yang semakin modern, rasional dan bahkan materialistik.

Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sartini menyampaikan itu dalam menyingkapi kasus ditendangnya sesaji di Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur oleh Hadfana Firdaus. Video penendangan sesaji ini sempat viral di media sosial.

Sartini menilai keyakinan dan pemahaman sebagian masyarakat soal sesaji merupakan akumulasi pengalaman sepanjang hidup.

"Sering berkumpul dan berkunjung akan dapat menimbulkan empati karena ikut merasakan kehidupannya sehingga tidak akan mudah memaksa-maksa orang lain untuk sama dengan dirinya," tutur pemerhati budaya kearifan lokal itu dalam rilis, Minggu (16/1/2022).

Menurutnya, penelitian khusus terkait dengan keberadaan sesaji di masyarakat Indonesia perlu diadakan untuk merasionalisasikan simbol-simbol yang terkandung di dalamnya kepada masyarakat modern.

"Di masyarakat kita tradisi sesajen sering diartikan sebagai bentuk persembahan baik kepada Tuhan, dewa, roh leluhur, atau nenek moyang, dan makhluk yang tidak kelihatan," katanya.

Lanjut Sartini, tradisi sesaji ini sudah ada sejak sebelum Islam masuk, bahkan sebelum adanya agama Hindu dan Budha. Keberadaan sesaji dikaitkan dengan ritual yang diadakan untuk tujuan tertentu sehingga benda-benda yang disiapkan untuk tiap sesaji dapat berbeda-beda.

"Masing-masing unsur dalam sesaji  mempunyai filosofinya sendiri," sambung Sartini.

Dari kasus di Semeru tersebut, Ia mengatakan sesaji dihaturkan oleh beberapa orang karena menganggap Semeru sebagai 
"makhluk" yang memiliki kekuatan dan berharap agar Semeru tidak "murka" lagi.

Dalam konteks sekarang, tentu di sana termuat permohonan kepada Tuhan agar mereka diberi keselamatan, karena itulah diperlukan penelitian khusus untuk mengkaji fenomena ini.

Sebagian kepercayaan terdapat pemahaman bahwa ada makhluk tidak kelihatan yang juga hidup bersama manusia, tempatnya bisa di mana saja, gunung, laut, dan lainnya. Makhluk ini juga dianggap memiliki kekuatan dan kekuasaan atas tempat tertentu sehingga juga harus diberikan penghargaan atas keberadaannya.

Tradisi membuat sesaji dapat menjadi bagian bentuk masih adanya kepercayaan tersebut. Manusia merasa harus berdamai serta hidup bersama makhluk yang tidak kelihatan tersebut dan melakukan sesaji adalah salah satu caranya. (roh) ***

 

Tulisan ini telah tayang di eduwara.com oleh Setyono pada 17 Jan 2022 

Bagikan

Related Stories