KKP Kembangkan Budidaya Ikan Berbasis Kearifan Lokal

Keunggulan induk Gabus Haruan yang dihasilkan adalah sudah terdomestikasi, adaptif terhadap lingkungan budidaya, memiliki daya tahan yang baik terhadap penyakit, dan memiliki kemampuan telusur sumber benihnya (KKP)

Jakarta, Balinesia.id - Berbagai program terobosan dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mewujudkan pembangunan kampung perikanan budidaya tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) meresmikan Unit Produksi Gabus Haruan dan Unit Produksi Maggot di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/1/2022).

Diketahui, Unit produksi Gabus Haruan ini dibangun di lahan seluas 1.000 meter persegi dengan tujuan untuk menghasilkan induk unggul bagi pembudidaya ikan sebanyak 25 – 30 ribu ekor per tahun.

Dengan demikian, dapat mengurangi ketergantungan dari penggunaan induk di alam yang secara tidak langsung telah mengganggu keberlanjutan ekosistem perairan umum.

"Keunggulan induk Gabus Haruan yang dihasilkan adalah sudah terdomestikasi, adaptif terhadap lingkungan budidaya, memiliki daya tahan yang baik terhadap penyakit, dan memiliki kemampuan telusur sumber benihnya," tutur Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu dikutip dari keterangan tertulisnya

Unit ini juga menjadi model usaha produksi benih dengan kapasitas produksi mencapai 1 juta benih/tahun. Model teknologi pembenihan ini dapat dengan mudah diadopsi masyarakat karena tidak membutuhkan lahan yang luas, dan biaya investasi yang relatif murah.

Model tersebut diharapkan dapat menjadi showcase dan trigger bagi stakeholder yang ingin melakukan budidaya ikan Gabus Haruan, karena ikan Gabus Haruan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan dan merupakan salah satu komoditas yang mempengaruhi inflasi daerah.

BPBAT Mandiangin juga telah membangun unit produksi maggot di Instalasi Budidaya Ikan Bincau pada lahan seluas 1.000 meter persegi dengan proyeksi kapasitas produksi sebesar 18 ton/tahun.

Diharapkan, BPBAT ini menjadi salah satu langkah terobosan untuk mendapatkan pakan ikan dengan harga murah dan kualitas yang baik dengan menggunakan bahan baku lokal karena selama ini pakan berkontribusi lebih dari 60% untuk biaya produksi.

Tb Haeru Rahayu, terus mendorong keberlanjutan ikan endemik, salah satunya pada komoditas ikan Gabus Haruan di Kalimantan Selatan.

Gabus Haruan begitu populer dengan permintaan pasar dan bernilai ekonomi yang tinggi. Di sisi lain, keberadaannya di perairan semakin menurun akibat penangkapan secara berlebih, sehingga perlu dibudidayakan.

"Hal tersebut sejalan dengan program prioritas KKP dalam pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal," kata Tebe Haeru Rahayu.

Kalimantan Selatan merupakan salah satu sentra potensial komoditas ikan gabus untuk pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya. Ia juga menyampaikan, kegiatan ini juga mendukung keberlanjutan ikan endemik lokal.

Pembangunan kampung budidaya yang ditujukan dalam dua hal yaitu untuk meningkatkan perekonomian daerah dan ketahanan pangan. Kemudian yang kedua dalam rangka mendukung, keberlanjutan ikan-ikan endemik lokal.

Kepala BPBAT Mandiangin, Andy Artha Donny Oktopura menambahkan bahwa pembangunan unit produksi Gabus Haruan menjadi upaya strategis  BPBAT Mandiangin dalam akselerasi pelaksanaan program terobosan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam pengembangan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.

"BPBAT Mandiangin berkomitmen dalam berbagai bentuk dukungan di antaranya penyediaan induk unggul dan benih bermutu, bantuan sarana dan prasarana budidaya serta pendampingan teknis," tutup Andy Artha Donny Oktopura. (roh) ***


Related Stories