Jelang Nyepi, Harga Komoditas Minyak Goreng hingga Cabai Rawit Alami Penurunan

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho (Balinesia)

Denpasar, Balinesia.id - Sejumlah komoditas mulai harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit mengalami penurunan menjelang perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1944.

Penurunan harga minyak goreng tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam menjaga kestabilan harga melalui kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku mulai 1 Februari 2022.

Kepala Perwakilan Bank Indoensia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengungkapkan, penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan oleh kembali normalnya permintaan pasca Tahun Baru.

Komponen administered price mencatatkan deflasi sebesar -0,16% (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara sejalan dengan normalisasi harga pasca Tahun Baru.

"Komponen core inflation juga mengalami deflasi sebesar -0,02% (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas canang sari," ungkap Trisno Nugroho dalam keterangan tertulis, Rabu (2/3/2022).

Penurunan harga canang sari terjadi akibat dari normalisasi harga pasca beberapa rangkaian upacara keagamaan yang banyak berlangsung pada Januari 2022, diantaranya Hari Siwa Ratri, Saraswati, Kajeng Kliwon dan Tumpak Kandang, di samping upacara rutin Purnama dan Tilem.

Komponen volatile food pada Februari 2022 mengalami deflasi sebesar -2,45% (mtm), terutama didorong oleh penurunan harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Ke depan, inflasi tahun 2022 diperkirakan akan lebih tinggi dibanding inflasi tahun 2021, namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 3±1%.

Pada Maret 2022, terjadinya Hari Raya Nyepi diperkirakan meningkatkan permintaan untuk kelompok bahan makanan dan canang sari, sehingga berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi.

Trisno Nugroho menambahkan, pada Februari 2022, Provinsi Bali mengalami deflasi -0,44% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat inflasi 1,03% (mtm). Secara spasial, deflasi terjadi di Kota Denpasar dan Kota Singaraja masing-masing sebesar -0,36% (mtm) dan -0,84% (mtm).

Perkembangan tersebut disebabkan oleh deflasi pada seluruh komponen barang dan jasa, dengan deflasi terdalam terjadi pada kelompok volatile food, diikuti oleh komponen administered price dan core inflation.

Secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 2,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,31% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 2,06% (yoy).

Sementara itu, seiring dengan semakin pulihnya permintaan masyarakat, tekanan core inflation juga diprakirakan akan meningkat secara bertahap.

Di sisi lain, tren kenaikan harga energi di pasar global diprakirakan masih menjadi sumber tekanan inflasi pada komponen administered price tahun 2022. 

Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah akan senantiasa memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok dan keterjangkauan harga untuk menjaga stabilitas inflasi di Provinsi Bali. (roh) ***
 


Related Stories