Jaga Aliran Budaya, 6 Kriyaloka Kebudayaan Semarakkan UCB 2022

Garapan kontemporer Amrtatula yang dipentaskan saat pembukaan UCB 2022, Jumat, 25 November 2022. (Balinesia.id/ist)

Gianyar, Balinesia.id – Ubud Campuhan Budaya (UCB) 2022 resmi ditutup pada Minggu, 27 November 2022. Meskipun hanya digelar tiga hari, festival budaya bertajuk “Tataka Wisuda Citta: Telaga Benih Reka Budaya” tersebut telah menyajikan sejumlah materi yang berkelindan soal kebudayaan.

Sejak digelar Jumat, 25 November 2022, festival yang diinisiasi Yayasan Janahita Mandala Ubud ini tercatat ada enam kriyaloka (workshop) yang telah dihadirkan panitia UCB 2022. Enam kriyaloka tersebut dimentori oleh para ahli di bidangnya. Materi-materi yang dipraktikkan pun sangat beragam, mulai dari permainan anak-anak hingga pembuatan lamak.

Ketua Panitia UBC 2022, Cokorda Gde Bayu Putra, dalam penutupan UCB 2022, Minggu, 27 November 2022 malam, mengatakan enam kriyaloka yang telah digelar meliputi kriyaloka seni digital, pembuatan lamak Bali bertema telaga, mageguritan, tari Bali untuk anak, permainan anak-anak, dan kriyaloka tabuh yang mengkhususkan pada penciptaan pengawak lelambatan pegongan.

Adapun kriyaloka seni digital diinstrukturi oleh illustrator muda, Rakajana telah digelar pada 26 November 2022. Selanjutnya pembuatan lamak Bali diinstrukturi oleh pengrajin lamak, Nyoman Sueta, dan kriyaloka mageguritan diinstrukturi oleh akademisi Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, Putu Wiwin Astari. Selenjutnya, kriyaloka tari Bali untuk anak dinstrukturi oleh koreaografer, Ni Komang Ayu Anantha Putri, penciptaan pengawal lelambatan pagongan oleh composer I Ketut Gede Asnawa, dan kriyaloka permainan anak-anak diisi oleh pendongeng, Made Taro.

Baca Juga:

“Satu karya juga terlahir di arena UCB. Judulnya Amrtatula yang telah dipentaskan saat pembukaan. Kary aini digagas oleh Yayasan Janahita Mandala Ubud, kemudian penggarapannya dieksekusi Bersama Komintas Napak Tuju,” katanya.

Amrtatula, katanya, merupakan sebentuk pementasan berbentuk tarian. Tarian ini lahir sebagai respons atas sebuah geguritan. “Tari ini tanpa gamelan, gerak tubuh yang disajikan merespons geguritan,” kata dia. 

Ketua Yayasan Janahita Mandala Ubud, Tjokorda Gde Agung Ichiro Sukawati (Cok Ichiro), mengatakan UCB 2022 sebagai representasi kehadrian pihaknya untuk merawat kebudayaan Bali. Sejak 2020 pihaknya secara konsisten menggelar kegiatan kebudayaan, baik berupa diskusi, kriyaloka, aksi lingkungan, anugerah seni-budaya, hingga pendidikan budaya bagi anak-anak.

Sejumlah buku juga telah diterbitkan selama pihaknya berkiprah. Tercatat ada empat buku yang sudah terbit, yakni tiga seri Sarasastra: Pusparagam Pemikiran Kebudayaan Bali dan buku yang merekam jejak pemikiran karawitan Bali, Macandetan. Khusus untuk Sarasastra III dan Macandetan adalah dua buku yang dirilis pada pembukaan UCB 2022. 

“Usia kami yang masih sangat muda, kami sangat membutuhkan kritik, saran, dan dukungan beragam pihak. Kami menyadari bahwa masih banyak hal yang dapat dan wajib kami lakukan untuk keberlajutan kebudayaan,” katanya. 

Pengawas Yayasan Janahita Mandala Ubud, Tjokorda Gde Raka Sukawati mengungkapkan apresiasi terhadap gelaran UCB 2022. "Kegiatan sudah berjalan dengan baik. Kemasan-kemasan kegiatan ini telah memberi penjiwaan pada semua yang sudah diwariskan leluhur, dengan harapan nilai-nilai tersebut dapat diangkat, memberi pencerahan, dan menjadi warisan untuk generasi ke depan,” kata Panglingsir Puri Ubud ini.

UCB juga turut diapresiasi Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace. Tokoh Ubud yang juga Wakil Gubernur Bali dalam orasi kebudayaannya juga mengajak generasi muda merefleksikan entitas Ubud sebagai ruang “pusat” dari Pulau Bali. Pada pusat itulah interaksi dan kreativitas kebudayaan kemudian menciptakan beragam karya. jpd

Editor: E. Ariana

Related Stories