Daging Babi hingga Cabai Rawit Sumbang Inflasi di Bali

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimandi mengubgkapkan komoditas utama penyumbang inflasi sepanjang Januari higga September 2021 di Provinsi Bali mulai daging babi, canang sari, minyak goreng, cabe rawit hingga cabai merah. (Humas BI Bali)

Tabanan, Balinesia.id -  Komoditas utama penyumbang inflasi sepanjang Januari higga September 2021 di Provinsi Bali mulai daging babi, canang sari, minyak goreng, cabe rawit hingga cabai merah.

Bank Indonesia menengarai sejumlah komoditas pangan dan non pangan yang sering muncul pada saat Hari Raya Galungan dan Kuningan setiap 7 (tujuh) bulan sekali.

Dari kelompok makanan diantaranya daging ayam ras, telur ayam ras, daging babi, cabai rawit, dan cabai merah. Sementara dari kelompok non-makanan diantaranya emas perhiasan dan canang sari.

Hal itu sebagaimana terungkap saat High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tabanan dalam rangka optimalisasi program pengendalian inflasi daerah, sekaligus persiapan menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan di Tabanan, Senin 1 November 2021.

Secara khusus, tingkat inflasi yang terjadi di daerah Bali-Nusa Tenggara adalah 1,58% (yoy) dan Bali sebesar 1,40% (yoy).

Pencapaian inflasi ini terbilang bagus, namun masih belum optimal karena faktor utama penyebabnya adalah turunnya demand masyarakat selama masa pandemi Covid-19.

Komoditas utama penyumbang inflasi sepanjang Januari higga September 2021 ialah daging babi, canang sari, minyak goreng, cabe rawit, dan cabai merah.

Rapat secara daring dipimpin Bupati Tabanan, I Nyoman Gede Sanjaya dan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimandi diikuti seluruh anggota TPID Kabupaten Tabanan dan instansi terkait.

Bupati Sanjaya mengarahkan seluruh anggota TPID untuk bersinergi dalam pembuatan inovasi program untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah khususnya di sektor pangan mulai dari hulu hingga ke hilir.

"Permasalahan utama yang saat ini dihadapi yaitu dari aspek pemasaran atau pasca panen," katanya.

Diperlukan sebuah mekanisme yang mengatur penetapan harga komoditas yang diperlukan masyarakat melalui regulasi sehingga para petani merasa aman dalam melakukan budidaya dan terjaminnya akses pemasaran hasil produksinya. Bupati berharap HLM TPID Kabupaten Tabanan ini dapat mencari solusi penanganan inflasi daerah hingga ke tingkat desa.

Sementara Rizki dalam paparannya mengapresisasi kehadiran Bupati Tabanan selaku pemimpin rapat.

Rizki juga berharap agar program unggulan yang diusung TPID Kabupaten Tabanan telah menerapkan aspek digitalisasi pada UMKM pangan sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo pada Rakornas Pengendalian Inflasi 2021.

Dia menjelaskan, tingkat inflasi di sebagian besar wilayah Indonesia di bawah sasaran inflasi 3% ± 1%.

Secara khusus, tingkat inflasi yang terjadi di daerah Bali-Nusa Tenggara adalah 1,58% (yoy) dan Bali sebesar 1,40% (yoy). 
Pencapaian inflasi ini terbilang bagus, namun masih belum optimal karena faktor utama penyebabnya adalah turunnya demand masyarakat selama masa pandemi Covid-19.

Rizki mendorong seluruh anggota TPID untuk memanfaatkan website SIGAPURA (Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis) untuk memantau perkembangan harga dan stok pangan terkini.

Untuk itu, data yg diinput di SIGAPURA haruslah berkualitas dan up to date. Hal ini sangat penting bagi Kepala Daerah untuk memantau ketersediaan bahan pokok dan keterjangkauan harga setiap saat.

Terakhir, seluruh anggota TPID berkomitmen untuk terus memantau perkembangan harga komoditas pangan menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Disamping itu, fungsi pendataan harga dan stok bahan pangan di aplikasi SIGAPURA juga akan terus diperkuat.

Harapannya data tersebut akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk membantu melakukan pengendalian inflasi daerah. (roh)


Related Stories