Citra Mitologi dan Realitasnya Kini dalam 2 Film Karya Kitapoleng

Bincang-bincang dua film karya Kitapoleng dalam Bali Digifest, Minggu, 10 April 2022 (Balinesia.id/oka)

Denpasar, Balinesia.id – Dua buah film pendek yang menghadirkan mitologi Bali dan realitasnya hari ini dipersembahkan Kitapoleng. Dua buah film tersebut berjudul “Wong Gamang: The Journey of Dewi Melanting” (2021) dan “Bhatari Sri: Subak dan Jejak-jejak Kemuliaan” yang diputar dalam Bali Digifest 2022, Minggu, 10 April 2022.

Kedua karya tersebut sangat lekat dengan mitos dan budaya Bali. Keduanya menjelaskan kebudayaan dan realitas yang ada. Mitos yang yang berkembang saat ini tidak jarang mengalamin distorsi dalam penyampaiannya.

Baca Juga:

“Film ‘Wong Gamang: The Journey of Dewi Melanting’ menceritakan perjalanan Dang Hyang Nirartha pada abad ke-15, berfokus pada putri tertuanya Ida Ayu Swabawa yang hilang, kemudian bertemu kembali di Desa Pegametan, namun Swabawa bertubuh maya,” kata Founder Kitapoleng yang juga sutradara film, I Gusti Dibal Ranuh. 

Dalam kisahnya, Dewi Melanting berada dalam dimensi maya, dia ada, namun tiada, terasa tapi tidak berbentuk apa-apa. “Sebagai penjelmaan Bhatari Mas Melanting ia melambangkan kemakmuran bagi mereka yang memujanya tanpa keraguan,” kata dia.

Karya Film Wong Gamang sudah mengantongi sejumlah penghargaan, di antaranya penghargaan sebagai Film Pendek Fiksi Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik dan Penata Artistik Terbaik dalam Bali Makarya 2021. “Pelajaran dari film ini ialah ketika kerja menjadi nama lain dari doa, di sanalah Bhatari Mas Melanting akan hinggap dan menebarkan cahaya kemurahan hatinya yang begitu megah,” kata dia.

Sementara itu, film “Bhatari Sri: Subak dan Jejak-jejak Kemuliaan” mengambil ketokohan Dewi Sri sebagai dewi pelindung dan kemakmuran dengan pengendalian atas bahan makanan. Entitasnya juga dihubungkan dengan tanaman padi dan sistem subak sebagai suatu kultural masyarakat Bali sampai sekarang.

Dibal menambahkan, Tri Hita Karana juga, tidak terlepas dari keberadaan subak sebagai falsafah hidup, penghormatan terhadap Tuhan, manusia, dan alam. Film ini menghadirkan tradisi berupa penghormatan kepada Bhatari Sri atas kemakmuran yang diberikan

Kedua film itu mengandung informasi dan pesan mendalam yang dituangkan dalam gerakan dasar tari Bali kemudian dikembangkan menjadi kontemporer. “Visual, ekspresi, koreografi juga narasi men jadi hal utama dalam film ini. Terima kasih kepada semua artis, seniman, kru, dan seluruh tim yang telah terlibat dalam proses kreatif ini,” kata koreografi Jasmine Okubo. jpd/oka

Editor: E. Ariana

Related Stories